HMI: Ironi May Day Berubah jadi Panggung Seremoni

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/diki-trianto-1'>DIKI TRIANTO</a>
LAPORAN: DIKI TRIANTO
  • Kamis, 01 Mei 2025, 22:27 WIB
HMI: Ironi May Day Berubah jadi Panggung Seremoni
Peringatan Hari Buruh di Kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Kamis, 1 Mei 2025/RMOL
rmol news logo Ada pergeseran esensi peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day di Indonesia. Hajat para buruh yang diperingati setiap 1 Mei ini telah berubah menjadi seremoni tahunan tanpa substansi perjuangan sosial.

Padahal sebelumnya, Hari Buruh selalu menjadi refleksi perjuangan kelas pekerja di Indonesia dan simbol perlawanan buruh terhadap ketidakadilan struktural.

"Ironi terbesar adalah ketika May Day kehilangan maknanya sebagai momentum perubahan dan hanya menjadi panggung elitis," kritik Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciamis, Lutfil Aziz diberitakan Kantor Berita RMOLJabar, Kamis, 1 Mei 2025.

Kini, momentum May Day kerap dihiasi dengan hiburan massal, kampanye politis, atau sekadar kegiatan simbolik.
 
Dia juga mengkritisi kebijakan tenaga kerja di Indonesia yang dianggap lebih menguntungkan pihak modal. Ia lantas menyoroti UU 11/2020 tentang Cipta Kerja yang memperburuk kesejahteraan buruh.
 
Regulasi ini dinilai melemahkan posisi tawar serikat buruh, memperluas sistem kontrak dan outsourcing, serta menurunkan standar perlindungan pekerja.

"UU Cipta Kerja adalah bukti nyata bahwa negara lebih berpihak pada kepentingan investasi daripada melindungi kesejahteraan pekerja," tegas Lutfi.

Lutfi mengungkapkan, fenomena serupa juga dirasakan di Kabupaten Ciamis, di mana banyak buruh yang bekerja di sektor industri kecil, manufaktur rumahan, hingga pertanian tidak mendapatkan perhatian yang layak. 

"Masalah seperti rendahnya upah, minimnya jaminan sosial, dan kurangnya akses pelatihan kerja masih menjadi tantangan besar," kata dia.

Lutfi menilai pemerintah daerah perlu berperan lebih aktif, salah satunya dengan meningkatkan sinergi bersama perguruan tinggi. 

"Data tenaga kerja berbasis riset sangat penting untuk menciptakan kebijakan yang lebih terarah," tambahnya.

Sebagai organisasi mahasiswa, HMI memandang perjuangan buruh tidak hanya menjadi tanggung jawab pekerja, tetapi juga mahasiswa dan seluruh elemen masyarakat. 

Lutfi mengajak mahasiswa untuk membangun solidaritas dengan buruh dalam melawan ketimpangan struktural.

"May Day adalah panggilan moral bagi semua, bukan sekadar untuk buruh. Kita semua harus bersatu mewujudkan keadilan sosial," tutup Lutfi. rmol news logo article
EDITOR: DIKI TRIANTO

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA