"Pelaksanaan Pemilu, bagi rakyat adalah pesta demokrasi: rakyat dianggap menjadi penting; rakyat diundang oleh setiap calon; ada yang menyediakan hiburan; ada yang menyediakan konsumsi; ada yang menyediakan oleh-oleh; Rakyat bergembira menikmati pesta demokrasi," kata Puan dalam pidatonya.
Ketua DPP PDIP itu mengatakan dalam pelaksanaan pemilu, yang menjadi pesta demokrasi seluruh rakyat Indonesia bahkan seluruh elemen di Indonesia yang ditempelkan sejumlah baliho dan spanduk calon pemimpin.
"Para calon pun berupaya menyenangkan pemilih agar dapat merebut suaranya, berusaha tampil simpatik, foto diri yang terbaik dipajang sampai ke pelosok-pelosok, rumah makan, pohon-pohon jadi korban; tiang listrik penuh tempelan; semua cara dilakukan untuk mendapatkan suara rakyat," ungkapnya.
Puan lantas menyinggung soal adanya pemilu yang banyak memakan waktu dan tenaga apalagi bagi yang tidak memenangkan kontestasi lima tahunan itu.
"Bagi yang berhasil dalam Pemilu, semua hal menjadi indah untuk dikenang; sementara bagi yang belum berhasil, merasa serba sulit; sulit makan, sulit tidur, bahkan ada yang sulit untuk bangkit kembali," seloroh dia.
"Itulah potret Pemilu 2024; Haruslah menjadi kritik dan otokritik bagi kita semua," tegasnya.
Puan menegaskan Pemilu 2024 telah berakhir, dan rakyat telah menggunakan hak kedaulatannya dan memberikan pilihannya serta telah menilai dan memilih.
Menurut dia, rakyat tidak dapat disalahkan atas pilihannya, apapun yang mendasari pertimbangannya.
"Rakyat memilih atas dasar apa yang diketahui dan dipahaminya; terlepas dari kualitas atas apa yang diketahui dan dipahaminya," jelasnya.
Puan menuturkan pengalaman demokrasi sudah panjang, namun ia mempertanyakan pelaksanaan pemilu kali ini.
"Pemilu telah dilaksanakan berkali-kali, bahkan sebelum era Reformasi pemilu juga sudah dilaksanakan, dan rakyat juga memberikan pilihannya melalui pemilu; apakah pemilu saat itu memenuhi syarat-syarat pemilu yang bebas, jujur dan adil?" tandas Puan.
BERITA TERKAIT: