Langkah ini dilakukan Demokrat Jakarta karena ingin mengulang kejayaan seperti Pilkada pada 2007 lalu, di mana partai bergambar bintang Mercy ini memenangkan pertarungan dengan mengusung Fauzi Bowo alias Foke sebagai Cagub dan Prijanto sebagai Cawagub.
Foke merupakan mantan aparatur sipil negara (ASN) dengan jabatan terakhir Sekda DKI Jakarta periode 1998-2002.
Sekarang Heru juga berstatus sebagai ASN dengan jabatan definitifnya Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) RI.
"Tahu Foke kan? Foke kan birokrat tulen (sebelum jadi Gubernur) yang kami perlukan yang seperti itu," kata Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta Mujiyono kepada wartawan, Rabu (10/7).
Menurut Mujiyono, Demokrat menginginkan sosok pemimpin yang memiliki kemampuan mengelola Jakarta dengan baik. Ia mengaku ogah mendukung orang yang menjadikan ajang Pilkada Jakarta sebagai batu loncatan untuk Pilpres di kemudian hari.
"Bukan yang menjadikan Jakarta sebagai panggung politik untuk Pilpres 2029. Jadi biar fokus, Anda dipilih selama lima tahun ya, Anda mengabdi full. Jangan tahun ketiga, tahun keempat sudah
in action (beraksi untuk Pemilu berikutnya)," kata Mujiyono yang menjabat Ketua Komisi A DPRD DKI ini.
Mujiyono menekankan, keputusan untuk mengusulkan nama Heru tidak main-main, karena sudah dibahas secara mendalam di internal partai.
Hal itu dikatakan Mujiyono untuk menepis asumsi bahwa Demokrat tak serius dengan langkah ini karena jawaban Heru terkait pencalonannya kepada media dijawab secara diplomatis, hingga terkesan tidak tertarik.
Partai Demokrat Jakarta menyatakan keseriusannya mengusung Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono sebagai kepala daerah definitif.
Soalnya Demokrat Jakarta sudah mengusulkan nama Heru dan Jansen Sitindaon sebagai pasangan Bacagub dan Bacawagub Jakarta periode 2024-2029 kepada DPP Demokrat Jakarta.
BERITA TERKAIT: