Demikian disampaikan Menteri Keuangan RI Sri Mulyani dalam rapat paripurna masa sidang ke-V tahun 2023-2024 dengan agenda penyampaian tanggapan pemerintah terhadap fraksi-fraksi di DPR RI terkait RAPBN 2025, Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Senayan, Selasa (4/6).
Sri Mulyani mengatakan, inflasi menjadi salah satu kunci untuk menjaga daya beli masyarakat dan menjaga tren pertumbuhan ekonomi.
Inflasi yang dijaga pada level 1,5-3,5 persen, di tengah inflasi global yang melonjak tinggi dan belum kembali ke pra pandemi merupakan sebuah tantangan yang tidak mudah.
"Tren kemiskinan diharapkan menurun dengan ketimpangan yang harus diturunkan. Didukung dengan hilirisasi yang ciptakan sumber pertumbuhan baru yang baik secara spasial atau sektoral,” kata Sri Mulyani.
Menurutnya, sektor manufaktur dengan basis teknologi tinggi akan meningkatkan pendapatan para pekerja, sehingga kemiskinan bisa ditekan.
"Di dalam KEM-PKF (Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal 2025) kami dorong urgensi perbaikan kualitas SDM, termasuk melalui berbagai program pelatihan link and match dunia usaha-pendidikan,” kata Sri Mulyani.
Ia menambahkan, kesehjateraan rakyat perlu ditopang oleh komitmen stabilitas harga dan inflasi rendah serta daya beli masyarakat meningkat.
"Dari pasar uang, nilai tukar dan yield dari bond atau SBN menjadi faktor yang tentukan APBN," demikian Sri Mulyani.
BERITA TERKAIT: