Usai memberikan hak suara bersama keluarga di TPS 179, Balai Warga 016, Kompleks Nusa Indah Raya, Cipinang Muara, Jatinegara, Jakarta Timur, Rabu (14/2), dia mengakui, menanamnya lambat, panennya juga lambat.
Menurutnya, pemerintah sudah mengisi keterlambatan itu dengan impor, namun dijamin tidak merugikan petani.
"Sekarang harga beras petani kan dibeli Rp11 ribuan, gabah Rp8 ribuan, jadi tinggi sekali," tutur Zulhas.
Untuk mengatasi harga beras mahal, sambung dia, pemerintah melalui Bulog telah menyuplai ke pasar-pasar, dari awalnya 100-200 ribu ton per bulan menjadi 250 ribu ton.
"Nah, rupanya di pasar itu pedagang agak malas jual beras Bulog. Berasnya bagus, tapi harganya murah, karena disubsidi. Untungnya sedikit, cuma Rp200. Maka subsidi untungnya dinaikkan, sekarang Rp500," katanya.
Zulhas juga mengatakan, packing beras ukuran 5 kilogram kadang juga butuh waktu lama untuk sampai ke pasar. Karenanya Bulog akan mengirim secara karungan dan memberikan upah Rp210 per kilogram.
"Sekarang ongkos packing itu Rp210. Kalau dikirim karungan, pasar bisa packing sendiri, dapat upah lagi Rp210. Ditambah untung Rp500, jadi bisa Rp710, menarik. Mudah-mudahan pedagang pasar tertarik membantu masyarakat yang kesulitan karena harga naik, ada beras Bulog yang bagus, harganya murah karena disubsidi, termasuk di ritel modern," pungkas Zulhas.
BERITA TERKAIT: