Mengenakan baju Polo dan topi warna kuning, Airlangga tampak gembira menyapa warga bantaran kali, sebelum masuk ke pemukiman penduduk.
Saat bertemu warga yang didominasi ibu-ibu, Airlangga menyempatkan berbincang tentang kondisi ekonomi mereka.
Dia pun menemui seorang nenek yang sedang duduk di samping warung anak perempuannya.
"Sehari dapat berapa bu, warungnya?" tanya Airlangga.
Si empunya warung mengaku biasa dapat Rp35 ribu. Kalau lagi sepi hanya Rp16 ribu.
Dengan uang Rp16 ribu, pemilik warung hanya mampu membeli beras satu liter. Padahal ia dan suaminya ini memiliki 8 anak yang semuanya sudah tidak tinggal bersama.
Saat ditelusuri, mereka merupakan sebagian dari warga Jalan Cendrawasih, Cengkareng, Jakarta Barat, yang tidak mendapat bantuan dari pemerintah.
"Kalau dulu sih dapat (PKH), tapi sekarang sudah tidak lagi," jelas pemilik warung.
Usai mengobrol dengan warga, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu juga menemui seorang suami paruh baya yang merawat istri yang mengalami stroke.
"Siapa yang merawat Ibu?" Tanya Airlangga. Pertanyaan itu dijawab lelaki itu, bahwa dia sendiri yang merawat istri. Sementara dia kerja serabutan.
"Namanya kerja serabutan, kalau ada yang nyuruh kita kerja, kalau enggak ya enggak. Kadang nyari makan buat dia (istri), kita bawa karung, mulung. Sehari tidak tentu, paling gede Rp35 ribu. Kalau pas (kerja) bangunan bisa Rp100 ribu," jelasnya.
Airlangga mengapresiasi kesetiaan dan pengorbanan suami merawat istri, patut diacungi jempol.
Dia pun menjanjikan bakal memberi bantuan untuk meringankan kesulitan warga Cengkareng Barat, Jakarta Barat.
Airlangga juga memastikan pemerintah sudah menyalurkan bantuan beras 10 kilogram tiap bulan untuk 22 juta orang di Indonesia, untuk meringankan kesulitan ekonomi bagi warga miskin.
BERITA TERKAIT: