Dalam temuan survei LSI Denny JA, ada tiga alasan mendasar yang membuat pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 3 itu berada di posisi ketiga.
"Pertama, blunder menyerang mata air dukungannya sendiri, yaitu Jokowi," kata Direktur KCI LSI Denny JA, Adjie Alfaraby saat mengungkap hasil survei bertajuk '3 Perkembangan Baru Pilpres di Ujung Tahun 2023', Jumat (29/12).
Merujuk data LSI Denny JA di bulan Mei, pemilih yang puas terhadap Jokowi masih memilih Ganjar dengan persentase 42,7 persen. Namun di bulan Desember ini, pemilih Jokowi yang mendukung Ganjar-Mahfud turun drastis menjadi 26,4 persen.
Alasan kedua jebloknya elektabilitas Ganjar-Mahfud karena ketidakkonsistenan sikap Ganjar-Mahfud dan partai pendukung terhadap isu yang berhubungan dengan Jokowi.
Adjie mengurai, periode Maret-September 2023 narasi yang dibangun lebih banyak memberi sikap positif kepada Jokowi. Memasuki Oktober sampai November, ada perubahan narasi menjadi negatif dan menyerang Jokowi.
"Desember, narasi yang berkembang positif kembali kepada Jokowi. Ini plin-plan soal Jokowi," jelasnya.
Alasan ketiga penurunan elektabilitas Ganjar-Mahfud adalah berkaitan slogan baru paslon yang diusung PDIP, PPP, Hanura, dan Perindo.
"Slogan baru 'Gerak Cepat Indonesia Unggul' belum memberikan efek elektoral," pungkasnya.
Elektabilitas Ganjar-Mahfud berada di posisi ketiga dengan persentase 22,9 persen. Bahkan untuk pertama kalinya, mereka disalip oleh pasangan Anies-Muhaimin yang menempati posisi kedua dengan elektabilitas 25,3 persen.
Sementara untuk pasangan Prabowo-Gibran masih kokoh di urutan pertama dengan elektabilitas cukup jauh dari dua paslon tersebut, yakni mencapai 43,3 persen.
Survei LSI Denny JA digelar pada 17 sampai 23 Desember 2023 melibatkan 1.200 responden yang diwawancarai tatap muka menggunakan kuesioner.
Survei ini dilakukan dengan metodologi
multistage random sampling dan
margin of error kurang lebih 2,3 persen.
BERITA TERKAIT: