Menurut Adian, peristiwa yang merenggut nyawa 19 orang, terdiri 11 warga Indonesia dan 8 tenaga kerja asing (TKA) asal China ini merupakan musibah yang tidak diinginkan oleh siapapun.
"Kebakaran ini bukanlah keinginan siapapun. Ini memang musibah dan seluruh bangsa pasti berduka cita atas jatuhnya korban jiwa," kata Adian dalam keterangannya, Jumat (29/12).
Politikus PDIP ini menegaskan bahwa yang menjadi prioritas utama dan harus dilakukan adalah penanganan serius terhadap korban, baik yang dari perusahaan maupun dari negara, melalui BPJS Tenaga Kerja.
Terutama, kata dia, uang duka yang dijanjikan perusahaan minimal Rp600 juta per orang dan tanggungan pendidikan sampai lulus kuliah tidak boleh di tunda-tunda dan berbelit belit.
"Apa yang sudah dijanjikan harus segera direalisasikan sehingga tidak menambah derita korban," tegas pentolan Aktivis 1998 ini.
"Sebagai anggota DPR maka kecepatan penanganan dan sikap bertanggung jawab tentu perlu diapresiasi karena itu menjadi bukti sikap bahwa peristiwa itu bukanlah kesengajaan," imbuh Adian.
Lebih jauh, legislator Dapil Jawa Barat V ini mendorong agar pengusutan terhadap penyebab dari kebakaran segera dilakukan agar ke depan peristiwa tersebut tidak terulang. Pelibatan pihak-pihak yang memahami smelter dan prosesnya juga harus dilakukan.
Hal ini, kata Adian, agar proses produksi terus bisa berjalan dan pekerja bisa bekerja dalam suasana kerja yang aman dari peristiwa serupa.
"Untuk itu saya berharap agar perusahaan meningkatkan SOP dan kontrol terhadap SOP seperti misalnya ketika sedang melakukan pemeriksaan, pembersihan ataupun perbaikan tungku maka setidaknya area dalam radius tertentu dikosongkan," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: