Ikut mendampingi Gibran, di antaranya politisi Golkar, Nusron Wahid. Menurut Nusron, pertemuan Gibran dengan para habib dan ulama itu silaturahmi biasa. "Pertemuan biasa. Mas Gibran tentu melayani para habaib yang kebetulan sedang hadir di Solo. Habis haul, kumpul, makan dan ngobrol," katanya.
Gibran, tambah Nusron, mendapat masukan dan nasihat dari habib dan ulama, terutama pentingnya silaturahmi dengan ulama di berbagai lapisan, agar benar-benar menjadi pengayom umat.
"Banyak hal yang dibicarakan tadi, seperti harus memperbanyak komunikasi dan silaturrahmi dengan ulama kalau sudah jadi Wapres, dan banyak lagi, ada juga obrolan terkait dana abadi pesantren." katanya, lewat rilis yang dikirim ke
Kantor Berita Politik RMOL.Menurut dia, pertemuan itu merupakan langkah yang baik, karena sebelumnya Gibran juga silaturahmi ke Ponpes, ulama dan habib, untuk memohon do'a restu, ngalap barokah, minta nasihat dan masukan.
"Sebagai anak muda, Mas Gibran selalu memposisikan yang lebih tua sebagai orang yang dimintai pendapat dan nasihat. Komitmen terhadap pesantren dan penghormatan pada sesepuh dan ulama tidak bisa diragukan lagi. Ibarat santri yang tahu menempatkan diri di hadapan para kiai, habib dan ulama," Tutup Nusron yang juga Waketum PBNU itu.
Tampak dalam silaturahmi itu, Habib Thohir bin Yahya (ulama sepuh Cirebon), Habib Mustofa Alaydrus (Pimpinan Syamsi Syumus), Habib Abdullah bin Ali Al Haddad (Pengasuh Majelis Al Hawi Condet Jakarta Timur), Habib Soleh bin Ali Al Attas (Pengasuh Ponpes Ribath Tegal), Habib Novel bin Yahya (Ponpes Darul Khairat Grobogan), dan Habib Lutfi bin Ahmad Alattas (Pimpinan Majelis Asmaul Husna Bendungan Hilir Jakarta).
BERITA TERKAIT: