Sejarawan Anhar Gonggong mengatakan itu pada diskusi virtual bertajuk "Kemerdekaan 78, Sudahkah Kita Merdeka?", Jumat (18/8).
“Saya mau mengatakan secara jujur, bahwa kemerdekaan baru dinikmati segelintir orang,” katanya.
Anhar pun menyampaikan keprihatinannya ketika menonton perayaan kemerdekaan di Istana Negara, dan menyaksikan ada rakyat kecil yang lewat di depan rumahnya menjual sayuran.
“Anda lihat kemarin, betapa ramainya di depan istana, pakaian macem-macem yang harganya jutaan, tapi bukan itu yang ada di pikiran saya. Karena apa? Pada saat yang bersamaan, saya dengar penjual tempe lewat di tempat saya, penjual kacang, yang belum tentu laku,” katanya.
Dia mengaku tertegun melihat kontradiktif kehidupan para elite dan pejabat negara yang ramai mengenakan pakaian mewah, sedangkan di sisi lain banyak masyarakat kekurangan, bahkan kelaparan.
“Apakah itu kemerdekaan? Apakah itu makna kemerdekaan? Apakah itu artinya seluruh bangsa Indonesia sudah menikmati kemerdekaannya?” dia balik bertanya.
Menurutnya, yang dikatakan kemerdekaan hanyalah segelintir orang yang berkuasa, dan memiliki tujuan untuk menjadi penguasa negara.
“(Padahal) justru mereka yang berkuasa itu tujuan utamanya memberikan kesejahteraan yang lebih baik kepada mereka yang dia kuasai,” ucapnya.
“Jadi presiden, menteri, diberikan fasilitas, tapi tujuan utamanya bukan untuk menikmati fasilitas itu, tapi agar bisa memberikan makna kepada kemerdekaan ini bagi seluruh rakyat Indonesia,” tutupnya.
BERITA TERKAIT: