Hal tersebut ditegaskan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Djan Faridz saat kunjungan kerja di Samesta Mahata Serpong, Rawa Buntu, Tangerang (10/8).
“Hadirnya hunian berkonsep TOD seperti di Samesta Mahata Serpong harus memberi dampak positif tidak hanya bagi penghuninya, namun juga masyarakat sekitar melalui ketersediaan unit komersial/UMKM, serta menjadi simpul perekonomian baru," kata Djan Faridz.
Samesta Mahata Serpong dibangun pada tahun 2018 dan akan menyediakan total hunian 1.816 unit yang dibagi menjadi tiga tower. Serah terima unit awal ditargetkan secara bertahap untuk Tower Cattleya pada 2023 serta tower milenial yang dalam masa pembangunan.
Angka backlog hunian atau kesenjangan jumlah rumah terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan memang cukup tinggi.
Data Survei Sosio Ekonomi Nasional (Susenas) menunjukkan, backlog hunian mencapai 12,71 juta, 2,9 juta di antaranya tersebar di wilayah Jabodetabek.
Bahkan dari masyarakat yang memiliki hunian di Jakarta, 63 persen persen di antaranya belum memiliki hunian layak. Adanya pasar yang besar dengan terbatasnya tingkat keterjangkauan masyarakat terhadap hunian layak menjadi PR besar yang harus diatasi.
Adanya permasalahan tersebut menjadi trigger bagi Perumnas sebagai BUMN pengembang hunian masyarakat untuk membangun dan mengembangkan kawasan layak huni secara berkesinambungan.
“Perumnas tidak tinggal diam terhadap permasalahan backlog hunian ini, kami akan selalu bertekad membangun hunian yang layak dan terjangkau bagi masyarakat," kata Dirut Perumnas, Budi Saddewa Soediro saat menemani kunjungan kerja Wantimpres tersebut.
Sejauh ini, Perumnas telah menginisiasi berbagai program guna peningkatan kualitas hunian layak melalui revitalisasi. Pelaksanaan revitalisasi hunian terfokus pada peningkatan fasilitas umum guna menciptakan interaksi sosial yang positif bagi penghuni dan masyarakat di sekitarnya.
BERITA TERKAIT: