Hal tersebut disampaikan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Asep Saepudin Jahar sejalan dengan pesan Kabareskrim Polri, Komjen Agus Andrianto untuk tetap menjaga persatuan serta menghindari isu yang bersinggungan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
“Tentu pesan itu sangat penting dalam konteks isu SARA untuk kita menjaga (persatuan), khususnya dalam menjelang Pemilu 2024 nanti,” kata Prof Asep dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan, Kamis (15/6).
Isu SARA bisa berubah menjadi bahaya jika dijadikan alat politik oleh kelompok tertentu. Jika disalahgunakan, bisa memicu benturan antarkelompok.
“Setiap orang punya latarbelakang. Tapi ketika dia melakukan stigmatisasi kelompok lain dan menganggap paling baik atau bahkan melakukan suatu
black campaign untuk menggolkan dirinya, ini sangat berbahaya,” jelasnya.
Berkaitan dengan Pemilu Serentak 2024, saat ini setiap calon pemimpin tengah berlomba untuk mendapat kekuasaan sebagai presiden. Hal ini bisa menjadi riskan jika independensi pemilu tidak dijaga bersama.
Oleh sebab itu, ia mengingatkan semua pihak untuk tidak menggunakan politik identitas sebagai alat politik menjatuhkan sesama anak bangsa.
“Tokoh masyarakat, akademisi, masyarakat sipil, harus betul-betul menjaga ini. Jika ini kita jaga bersama, rawat bersama, maka pemilu akan berhasil dengan baik,” tandasnya.
Pesan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sebelumnya disampaikan Kabareskrim Polri, Komjen Agus Andrianto kepada Pengurus Forum Cendekiawan Melanesia Republik Indonesia (Forkamri). Ia meminta agar semua elemen tidak bermain-main dengan isu SARA jelang Pemilu 2024.
"Pengalaman beliau selama ini bahwa Indonesia rentan terpecah-belah karena isu-isu SARA," kata Ketua Umum Forkamri, Albert Hama menyampaikan pesan Kabareskrim.
BERITA TERKAIT: