Menurutnya, kecerdasan buatan dapat membantu melakukan pekerjaan dengan lebih efektif, namun bukan berarti mereka dapat menggantikan pekerjaan jurnalis di media manapun.
"Kecerdasan buatan bukanlah ancaman bagi jurnalisme, dan ChatGPT bukanlah pengganti reporter," tegas editor media terkemuka itu, Pace, kepada Alarabiya.
Istiliah ChatGPT, yang merujuk pada Generative Pre-Trained Transformer ini sendiri merupakan chatbot yang mampu melakukan segala perintah yang dibutuhkan penggunanya, seperti membuat teks
copywriting, essai, dan lain sebagainya.
Menurut Pace, yang telah menggunakan kecerdasan buatan itu, ia melihat peluang besar untuk meningkatkan jurnalismenya dengan ChatGPT yang baru-baru ini ramai diperbincangkan. Akan tetapi penggabungan tersebut masih membutuhkan waktu lama.
Dalam penjelasannya, meski kecerdasan buatan itu sangat canggih, namun tingkat akurasinya masih berisiko dan tidak akan mampu menggantikan jurnalisme yang membutuhkan hubungan langsung dengan manusia lain. Untuk itu ia menyerukan agar para jurnalis tidak lagi merasa khawatir terkait hal tersebut
"Saya tidak terlalu khawatir dan tidak akan mengganti staf kami dengan AI, karena tingkat akursinya yang berisiko. Tetapi saya akan mencari peluang untuk membuat para jurnalis kami dapat menggunakan AI untuk membuat pekerjaan mereka jauh lebih mudah,†ujar Pace dalam penjelasannya.
BERITA TERKAIT: