Kondisi tersebut, terpotret dalam Survei Nasional Perokok Pelajar yang digelar Indonesia Institute for Social Development (IISD) bersama Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).
Survey diselenggarakan terhadap 1.275 pelajar SMP/sederajat dan pelajar SMA/sederajat di 175 kabupaten/kota pada akhir tahun 2022.
"Dalam survei tersebut, sebanyak 27,7 persen pelajar mengaku pernah merokok, dan 10,67 persen malah mengaku sebagai perokok aktif harian," ujar Program Manajer IISD Ahmad Fanani dalam keterangannya, Rabu (8/2).
Kata Fanani, angka tersbeut jauh melampaui harapan pemerintah dalam RPJMN 2020-2024 yang manarget penurunan prevalensi perokok anak pada 8,7 persen.
Lebih memilukan, lanjutnya, lebih dari 10 persen perokok pelajar tersebut pertama kali merokok di usia belia di bawah 10 tahun, bahkan ada yang mengaku pertama kali merokok di usia dibawah 5 tahun.
Soal cara mendapatkan rokok, masih kata Fanani, pelajar memiliki caranya masing-masing, mulai dari ketengan sampai membeliper bungkus.
"86,7 persen mengaku membeli rokok secara ketengan, dengan 47 persen di antaranya hanya membeli secara ketengan, sedangkan 39,7 persen kadang masih membeli secara bungkusan," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: