Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai bahwa perpolitikan di Indonesia masih mengedepankan popularitas dan elektabilitas. Hal itulah yang kini harus diterima Andika Perkasa.
“Konsekuensi tidak punya jabatan. Di kita itu kan punya jabatan dihormati disegani, tidak punya jabatan dihindari. Ketika sudah tidak punya jabatan cenderung didiamkan. Kalau tidak punya posisi ya tenggelam,†kata Ujang kepada
Kantor Berita Politik RMOL beberapa saat lalu di Jakarta, Sabtu (21/1).
Sehingga, kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini, Partai Nasdem pun pada akhirnya lebih memilih figur yang bisa mendongkrak elektoral seperti mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
“Kalau Jenderal Andika kenapa gak ada parpol yang ngelirik ya buktinya demikian. Karena enggak punya elektabilitas yang tinggi daripada capres cawapres yang lain,†tuturnya.
Atas dasar itu, Ujang menilai bahwa Andika bisa saja tidak tenggelam apabila menduduki posisi strategis seperti menjadi menteri di Kabinet Indonesia Maju. Menurutnya, nama Andika akan kembali mencuat dan memiliki bargainning politik.
“Makanya kalau Andika ingin dicapreskan ya harus punya jabatan setelah jadi Panglima TNI, seperti jadi menteri untuk jadi kendaraan untuk membangun pencitraan kalau ingin dilirik sebagai capres atau cawapres," tandasnya.
BERITA TERKAIT: