Namun demikian, Direktur Ekekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin mengingatkan bahwa ada perbedaan mendasar antara karakteristik pemilih di Indonesia dengan Amerika Serikat dan Malaysia.
“Jadi bisa saja orang mengatakan seperti Tun Mahathir dan Joe Biden. Tapi di Indonesia karakter pemilihnya berbeda. Karakter masyarakatnya juga berbeda,†lata Ujang kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Senin (9/1).
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia ini berpandangan, nasib Megawati jika dicapreskan pada Pemilu 2024 akan jauh berbeda dengan Mahathir di Malaysia dan Joe Biden di Amerika Serikat.
“Saya melihat tidak akan seperti Mahathir dan Joe Biden. Saya melihat peluang menangnya (Megawati) sulit dan berat. Karena faktor sosiologis, psikologis masyarakat Indonesia berbeda dengan Malaysia dan Amerika,†tuturnya.
Atas dasar itu, Ujang menilai bahwa jurus “gaya senja†tidak bisa dilakukan oleh Megawati sebagaimana pernah dilakukan oleh Mahathir dan Joe Biden. Artinya, membandingkan jurus “gaya senja†Mahathir dan Joe Biden tidak sesuai dalam konteksi ini.
“Karena kalau Megawati maju agak berat untuk menang,†tandasnya.
BERITA TERKAIT: