Dalam video yang diunggah di media sosial, saat mengecek calon lokasi sirkuit, Giring terjebak lumpur hingga tak berkutik. Sampai-sampai mantan vokalis grup band Nidji itu harus dibantu rekannya untuk keluar dari lumpur.
Namun, bukan pujian yang didapatnya. Netizen yang merespons malah mem-bully Giring dan namanya sempat jadi trending di Twitter.
Sekretaris Pemuda Muhammadiyah, Humaidi Rahman, ikut menanggapi ulah Giring yang rajin menyoroti ajang balap mobil listrik Formula E tersebut.
Humaidi menilai pengawasan Giring terhadap program Pemprov DKI Jakarta merupakan kegiatan kurang kerjaan.
Menurut Humaidi, seharusnya Giring bisa mengoptimalkan peran delapan legislatornya di DPRD DKI Jakarta untuk melakukan fungsi pengawasan.
"Bukan malah datang sendiri mencari-cari kesalahan demi meningkatkan popularitas partainya," kata Humaidi dalam keterangan yang diterima
Kantor Berita RMOLJakarta, Jumat (7/1).
Humaidi justru mendorong Giring kembali ke habitat awalnya sebagai musisi dan entertainer. Sebab, di panggung hiburan, ruang aktivitas dan kreativitas Giring bisa tidak berbatas.
Kondisi ini, lanjut Humaidi, jelas berbeda 180 derajat dengan partai politik yang memiliki etika dan keseimbangan dalam menjaga kestabilan ruang publik.
Humaidi menambahkan, sebagai elite parpol, Giring juga sepatutnya hadir di ruang publik untuk memberikan gagasan dan ide demi kemajuan bangsa.
"Namun sebaliknya, aksi Giring seringkali melakukan nyinyiran dan hasutan serta menebar kebencian. Bangsa ini membutuhkan politisi yang negarawan bukan politisi yang hanya mencaci maki mencari kesalahan," demikian Humaidi.
BERITA TERKAIT: