Ketua Pelaksana AK PWI, Yusuf Susilo Hartono mengatakan, ada beberapa catatan tim juri dalam menetapkan penerima penghargaan AK-PWI kepada 10 kepala daerah.
Pada umumnya, para kepala daerah menyadari pentingnya membangun daerah berbasis kebudayaan yang selaras dengan tantangan zaman, baik ilmu pengetahuan dan teknologi hingga gaya kepemimpinan kepala daerah yang melayani.
Kearifan Lokal
Pada sektor kesehatan, khususnya dalam upaya melawan Covid-19 dan perilaku baru, para bupati dan walikota menggunakan kearifan lokal, di luar cara-cara formal yang telah ditetapkan pemerintah pusat, berupa cuci tangan, pakai masker, jaga jarak.
Salah satu contohnya dilakukan Walikota Padang Panjang, Fadly Amram yang menjadikan rumah gadang tidak hanya rumah tinggal satu kaum, melainkan digunakan untuk tempat isolasi mandiri warga kaum adat yang merasa ragu dan malu menjalani isolasi di Rumah Sakit Daerah.
"Di rumah gadang, mereka merasa dirumah sendiri, apalagi makanan diantar sanak saudara pula," jelas Yusuf Susilo dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (18/12).
Contoh lain dilakukan Walikota Bengkulu, Helmi Hassan yang mereaktualisi tradisi belenguk (berkumpul berkerumun) gaya baru dengan berbagai terobosan aplikasi mutakhir, salah satunya SLAWE (Sistem Layanan Administrasi Warga Elektronik) untk urusan kependudukan.
Terobosan Kebudayaan Di samping menjaga keseimbangan kesehatan dan ekonomi, para bupati dan walikota berusaha mewujudkan kerja-kerja kebudayaan dan penggunaan teknologi informasi.
Hal ini ditunjukkan Bupati Magetan, Suprawoto. Melalui visi misi menjadikan kabupaten literasi, ia menggenjot berbagai program literasi, seperti penulisan sejarah desa, sejarah sekolah.
Kemudian memfasilitasi motor penggerak kelompok penulis yang telah menerbitkan ratusan judul buku. Menggelar apresiasi melalui program purnama sastra dengan membaca puisi (jawa), cerita pendek, mendongeng, bedah buku dan lain-lain.
Di tengah kesibukan melayani rakyat, Suprawoto sendiri terus menulis untuk majalah, koran, juga membuat buku. Boleh jadi ia "bupati penulis" yang paling produktif saat ini.
Ada pula Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi. Dengan tagline "Megilan", ia berusaha merekonstruksi kejayaan Lamongan sebagai pusat peradaban Raja Airlangga melalui pengukuhan 1.000 tahun prasasti Cane.
Selain itu, ada Walikota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka, menggunakan pendekatan tradisi gotong royong, merangkul para pemikir kebudayaan, hingga para seniman agar tetap bisa berkarya dengan memanfaatkan berbagai kanal dan teknologi informasi di masa pandemi menuju kenormalan baru.
Ia juga menggelar berbagai ajang festival, baik tradisi maupun kontemporer serta merenovasi Taman Balekambang dengan wajah baru, sebagai arena kreasi dan rekreasi yang lebih ramah dan mudah diakses.
Awal Desember lalu, Surakarta bersama daerah lain, dinobatkan sebagai Kota Pemajuan Kebudayaan oleh Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI).
Tim juri AK-PWI diketuai Agus Dermawan T, dengan anggota Ninok Leksono, Nungki Kusumastuti, Atal S. Depari, dan Yusuf Susilo Hartono (sekaligus Ketua Pelaksana AK-PWI).
Setidaknya, ada 10 kepala daerah dengan rincian enam bupati, dan empat walikota yang akan menerima penghargaan AK- PWI pada HPN 2022.
Mereka adala Walikota Padang Panjang, Fadly Amran (Datuak Paduko Malano); Bupati Magetan, Suprawoto; Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi; Bupati Indramayu, Nina Agustina; Walikota Bekasi, Rahmat Effendi.
Lalu Bupati Sumbawa Barat, Musyafirin; Walikota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka; Walikota Bengkulu, Helmi Hassan; Bupati Buton, La Bakri; dan Bupati Lamandau, Hendra Lesmana.
BERITA TERKAIT: