Nostalgia Pemilu 2009, Cara PDIP Bangkitkan Memori Manis Bersama Gerindra

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-kiflan-wakik-1'>AHMAD KIFLAN WAKIK</a>
LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK
  • Rabu, 25 Agustus 2021, 08:16 WIB
Nostalgia Pemilu 2009, Cara PDIP Bangkitkan Memori Manis Bersama Gerindra
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dan Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani di kantor DPP PDIP, Jakarta/Repro
rmol news logo Tema politik diambil menyesuaikan dengan kepentingan tujuan yang ingin dicapai. Tidak terkecuali dalam pertemuan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dan Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani, Selasa kemarin (24/8).

Dalam pertemuan tersebut, ada nuansa nostalgia dari kerja sama politik Partai Gerindra dan PDIP pada Pemilu 2009 lalu. Koalisi dua partai ini mengusung dua ketua umumnya pada Pilpres 2009, Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto.

"Kalau politik itu dia selalu mencari argumen yang sesuai dengan konteksnya, pada saat mereka harus bersama ya dicari argumentasi historis, rasional dan segala macam. Pada saat berlawanan pun sama," ujar Rico dalam perbincangan dengan Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (25/8).

Belakangan memang kencang dikabarkan PDIP dan Gerindra akan menjalin kerja sama politik untuk pertarungan Pilpres 2024. Terlebih, PDIP masih punya utang politik untuk mendukung Prabowo dalam pilpres sesuai dengan isi perjanjian batutulis yang diteken Megawati dan Prabowo tahun 2009 silam.

Menurut Rico, cara Hasto membuka pertemuan dengan Muzani memakai nostalgia Pemilu 2009, hanya sebatas upaya membangkitkan ingatan bahwa Gerinda dan PDIP pernah berkoalisi dengan apik.

"Karena sekarang suasananya dalam rencana bulan madu antara PDIP dengan Gerindra, konteks histori yang positif itu yang dikutip," katanya.

Soal kemungkinan koalisi, Rico belum bisa memastikan karena rentan waktu menuju Pilpres 2024 masih cukup panjang. Jika benar terjadi koalisi, maka kekuatan PDIP dan Gerindra akan luar biasa.

"Kalau bicara kemungkinannya yang jelas kalau ini terjadi, ini adalah perpaduan dua partai besar, secara elektabilitas itu sudah mendekati 40 persen, artinya itu modalnya dari sisi partai," pungkasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA