Pengamat Komunikasi Politik Universitas Mercu Buana, Syaifuddin mengatakan, pandangan itu tidak lain karena sikap Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengesankan mencoba mengkonstruksi Demokrat sebagai partai keluarga.
“Saya melihat sebenarnya itu bersumber dari masalah internal Partai Demokrat sendiri terutama sekali saya tegaskan ini merupakan akibat daripada perilaku politik SBY sendiri yang tidak demokratis, seenaknya mengkonstruksi Demokrat sesuai dengan kepentingan pribadinya,†ujar Syaifuddin kepada wartawan, Senin (29/3).
Syaifuddin menilai, tongkat kepemimpinan SBY yang kemudian turun kepada putra sulungnya Agus Harimuti Yudhoyono (AHY) berjalan tidak demokratis.
“Bahwa cukup banyak dari pada pendiri-pendiri Partai Demokrat selama di tangan SBY itu diabaikan kepentingan politiknya oleh SBY,†ungkapnya.
Lanjut Syaifuddin, akibat dari perilaku SBY tersebut, para kader ataupun pendiri partai yang merasa diberlakukan tidak adil dan disingkirkan, kemudian mencetuskan ide untuk menggelar kongres luar biasa (KLB).
Desakan menggelar KLB itu, kata dia, semakin menjadi ketika pemecatan terjadi kepada sejumlah kader, seperti mantan Sekjen Demokrat, Marzuki Ali, Darmizal, Jhoni Allen Marbun yang kemudian menjadi motor penggerak jalannya KLB.
“Di situlah letak ketidakadilan ini, jadi sumber pemicu pertama kali ini kenapa misalnya KLB ini terjadi karena persoalan mendasar di internal yang bersumber dari perilaku SBY itu yang tidak wajar di dalam berpartai,†jelasnya.
Selain itu, Syaifuddin tidak sepakat apabila kisruh internal Partai Demokrat itu menyeret nama Presiden Joko Widodo atau pemerintahan yang berkuasa saat ini. Seakan-akan ada intervensi dari istana untuk mengambil alih Partai Demokrat.
“Jadi saya sangat tidak sepakat dengan pertama itu kesannya menyalahkan Jokowi merasa dianiaya oleh pemerintah yang berkuasa sekarang, merasa diancam. Jadi pemecatan-pemecatan terhadap kader senior dan pendiri Demokrat ini lah yang sebetulnya menjadi biang kerok, mengapa KLB ini bisa terjadi,†pungkasnya.
BERITA TERKAIT: