Menurut pihak FPI, saat itu HRS juga ditemani oleh keluarga dan cucunya yang masih balita.
Ketua DPP PKS Netty Prasetyani Aher mengaku prihatin dan menyesalkan terjadinya penembakan tersebut.
Netty mengatakan, aparat harus mengutamakan cara persuasif dalam menangani setiap kejadian.
Kata Netty, apabila saat ditelaah menimbulkan ancaman seharusnya aparat melumpuhkan pelaku tanpa membunuh.
"Toh tidak dalam pengejaran sebagai teroris. Ini pelanggaran HAM serius yang dapat merusak citra kepolisian," kata Netty, Selasa (8/12).
Sebagai politisi yang mencermati isu perempuan, anak dan keluarga, Netty mempertanyakan bagaimana negara memberikan penjelasan kepada keluarga mereka.
“Sebagai seorang Ibu, saya dapat membayangkan bagaimana perasaan Ibu atau keluarga mereka. Jadi, negara harus memberikan penjelasan yang transparan dan jujur kepada keluarga almarhum," katanya.
Peristiwa penghadangan dan penembakan ini mengundang sorotan besar dari masyarakat dan pejabat publik.
Bahkan, dalam pengamatan Netty, beberapa pihak meminta agar dibentuk Tim Pencari Fakta Independen atas insiden tersebut.
"Saya meminta agar kasus ini dibuka dan diselesaikan dengan transparan. Ada banyak pertanyaan publik yang belum terjawab. Misalnya, kenapa kejadian ini berbarengan dengan matinya CCTV di sekitar lokasi? Apalagi di media sosial beredar cerita kejadian dengan versi berbeda," paparnya.
Netty mengingatkan bahwa aparat kepolisian adalah pangayom masyarakat yang sudah seharusnya melindungi dan memberikan rasa aman.
“Penembakan ini justru menggambarkan aksi kesewenangan yang dapat menimbulkan kesan menakutkan bagi masyarakat. Aparat yang harusnya jadi pengayom dan dekat dengan masyarakat justru menjadi momok," tandasnya.
BERITA TERKAIT: