Begitu kata Rektor Universitas Universitas Achmad Yani, Hikmahanto Juwana saat berbincang dengan
Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (11/10).
Dia juga memiliki pandangan lain terkait pertanyaan publik tentang besarnya kekuatan Indonesia, sehingga AS merasa perlu untuk merangkul. Baginya, kuat tidak kuat bukan masalah yang utama.
“Kuat tidak penting. Yang penting seberapa strategis Indonesia di mata dua negara tersebut. Ternyata sangat strategis. Oleh karenanya. bagaimana Indonesia secara cerdas memainkan perannya di hadapan kedua negara tersebut,†ucap Hikmahanto kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (11/10).
Pakar hukum internasional ini menyampaikan, Indonesia memang berada dalam bayang-bayang China. Ini lantaran pengaruh pasar ekonomi yang begitu kuat dari China kepada Indonesia.
Sehingga, hal itu dimanfaatkan Amerika Serikat untuk bisa melemahkan China.
“China memang melihat pasar Indonesia dan juga ketergantungan ekonomi Indonesia ke China. AS melihat Indonesia yang bisa punya pengaruh untuk hadapi China. Kalau Indonesia men-
support AS menghadapi China itu sudah sangat membantu AS,†ucapnya.
Amerika Serikat, kata Hikmahanto, juga melihat Indonesia memiliki banyak masalah dengan China. Terutama bidang pertahanan teritorial.
Hal itu, yang membuat AS melobi Indonesia untuk ikut melawan China dan diduga akan diberikan janji-janji oleh AS jika mau bersekutu dengan mereka.
“AS kan mencoba agar Indonesia dengan kasus Natuna Utara untuk berhadapan dengan China. Lalu Indonesia diharapkan bisa memimpin ASEAN menghadapi China, di mana AS akan berada di belakang ASEAN,†tandasnya.
BERITA TERKAIT: