Puasa pada makna intrinsik yaitu agar menjadikan manusia bertaqwa pada Allah SWT. Sedangkan makna instrumentalnya agar manusia memupuk rasa kepedulian antar sesama manusia.
Kedua makna ini akan berorientasi pada esensi ibadah itu sendiri dalam agama Islam. Sekaligus menjadi karakteristik Islam sebagai agama pembawa Rahmat bagi semua (Rahmatan Lil Alamin).
Demikian disampaikan Ketua PP Muhammadiyah, Hajriyanto Y. Thohari saat mengisi acara Pengajian #RamadandiRumah PP Muhammadiyah bertajuk "Islam dan Misi Kemanusiaan Global" melalui Livestreaming Facebook Persyarikatan Muhammadiyah, Senin (27/4).
"Risalah Islam sebagai rahmat sebagian alam (rahamatan Lil alamin) harus diwujudkan oleh umat Islam. Dan umat Islam untuk (harus) memiliki semangat filantropisme dan voluntarisme, yang peduli kepada sesama dan sebagainya," ujar Hajriyanto Thohari.
"Itu harus dibina dengan tekun menjalankan ibadah," imbuhnya menegaskan.
Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Lebanon ini menyatakan, tidak hanya puasa, ritual ibadah seperti shalat juga memiliki dimensi sosial secara universal. Antara lain untuk terus memupuk keimanan dan rasa cinta kasih terhadap sesama manusia.
Hal ini termaktub secara detail dan terperinci dalam Al-Qur'an Surat Al-Ma'un.
"Intinya adalah shalat, puasa itu menjadi instrumen untuk mendidik kita agar selalu beramal. Kalau dalam Surat Al-Ma'un itu dikatakan 'yang senantiasa suka menolong' kepada sesama, berderma, filantropisme," tutur Hajriyanto.
"Bahkan sekalipun dia shalat, tetapi tetap saja membentak anak-anak yatim, mengabaikan orang orang fakir miskin, itu kan malah disebut Fawailull Lil Mushollin (orang yang celaka dalam shalat)," sambungnya.
Lehih jauh daripada itu, kata Hajriyanto, semangat voluntarisme (kerelawanan) dan filantropisme dalam Islam harus senantiasa diamalkan oleh para pemeluk agama Islam itu sendiri. Karenanya, ditengah pandemi Covid-19 ini sedianya harus terus digalakkan spirit saling membantu, dalam rangka berlomba untuk kebaikan.
"Jadi, ibadah yang kita lakukan itu untuk mendidik kita menjadi orang-orang yang berjiwa filantropisme. Puasa, harus melahirkan semangat atau spirit filantropis, berderma," demikian Hajriyanto.
BERITA TERKAIT: