Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto mengatakan hal tersebut terjadi akibat tidak konsistennya pemerintah dalam mengambil sebuah kebijakan. Salah satunya terkait bantuan langsung tunai (BLT).
"Sentimen publik atas BLT memiliki ekspektasi yang tinggi. Namun dalam implementasi kacau. Hal itu karena tidak tepat sasaran," ujarnya dalam diskusi online, Minggu (26/4).
Menurutnya, penyaluran BLT dari masa ke masa memang selalu menemukan masalah yang sama yakni data yang tidak valid.
"Untuk memperbaiki sentimen negatif tersebut perlu penguatan konsep implementasinya. Sehingga ketika bantuan datang, orang akan mengeluarkan pendapat positif di media sosial," katanya.
Hal yang juga menjadi sorotan adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hampir dilakukan di banyak daerah tetapi bantuan tersebut tidak paralel. Oleh karenanya, Eko meminta pemerintah harus memberikan solusi agar tidak terjadi konflik sosial.
Selain itu, menurut Eko, total tambahan belanja dan pembiayaan APBN 2020 untuk penanganan Covid-19 sebesar Rp 405.1 triliun sudah lebih dari cukup.
Anggaran tersebut akan digunakan untuk sektor kesehatan sebesar Rp 75 triliun, social safety nett Rp 110 triliun, dukungan industri Rp 70,1 triliun, dan recovery ekonomi sebesar Rp 150 triliun.