Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono mengurai cerita di balik Hanacaraka yang terdiri dari 20 huruf. Hanacaraka berati ada cerita mengenai dua utusan. Datasawala bermakna bahwa kedua utusan tersebut saling bertengkar.
“Padajayanya, sama-sama sakti. Magabathanga, sama-sama mati (di akhir kisah),†urainya kepada redaksi, Kamis (9/4).
Menurutnya, aksara Jawa tersebut menggambarkan keadaan bangsa saat ini. Di mana para elite politik, tokoh masyarakat, aktivis, dan pejabat negara terus bertengkar mengenai penanganan wabah Covid-19.
Artinya, jika semua terus merasa paling benar, paling pintar, dan paling tahu dalam menghadapi Covid-19, maka yang jadi korban bukan hanya mereka yang bertengkar. Tapi juga rakyat yang sedang kesusahan.
“Maka dari itu, Hanacaraka harus mengingatkan kita semua tentang pentingnya persatuan untuk memulangkan sang utusan (Covid-19) ke negerinya,†pungkasnya.
BERITA TERKAIT: