Isu 'Mandailing Bukan Batak' Kembali Mencuat, Pengamat: Ini Framing Berbahaya

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/agus-dwi-1'>AGUS DWI</a>
LAPORAN: AGUS DWI
  • Rabu, 12 Februari 2020, 16:20 WIB
Isu 'Mandailing Bukan Batak' Kembali Mencuat, Pengamat: Ini Framing Berbahaya
Faisa Riza/RMOLSumut
rmol news logo Politisasi identitas menjadi hal yang kerap dijadikan sebagai modal sosial politik jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkda). Efeknya secara langsung akan menguntungkan pihak yang memainkan isu tersebut untuk mendapatkan simpati dan suara partisipan.

Demikian disampaikan Pengamat Politik Universitas Islam Sumatera Utara (UIN) Sumut, Faisa Riza, menyikapi munculnya kembali isu “Mandailing bukan Batak”.

“Itu termasuk kebutuhan framing politik elektoral. Pemainnya akan dapatkan keuntungan dukungan dari partisipan yang terasosiasi dengan identitas yang dibangun,” katanya kepada Kantor Berita RMOLSumut, Rabu (12/2).

Meski menguntungkan bagi pihak yang memainkan isu tersebut, menurut Faisal Riza, politisasi identitas ini juga sangat berbahaya. Sebab, hal ini akan mematikan nalar keadaban warga.

“Karena watak dari politisasi identitas ini adalah mengunggulkan identitas ke'aku'an di atas yang lain, ke'kita'an di atas ke'mereka'an. Yang model ini tidak baik bagi keadaban kewargaan kita,” demikian Faisa Riza. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA