Salah satu di antaranya adalah tokoh Golkar Jawa Timur, Zahrul Azhar Asad atau yang lebih dikenal Gus Han. Dia mengenang sosok Gus Sholah saat mengundang beliau dalam acara tasyakuran sederhana.
Pada suatu waktu, Gus Han hendak mengadakan tasyakuran kecil-kecilan di rumah. Saat itu BBM masih jadi tren, Gus Han mencoba membuat undangan tanpa kertas dengan “membroadcast†undangan melalu media BBM, dan salah satu yang dikirim adalah Gus Sholah.
Bagi pengasuh Pesantren Queen Darul Ulum Rejoso ini, dapat kiriman doa dari Gus Sholah saja sudah
alhamdulillah. Tapi ternyata di luar dugaan beliau berkenan hadir ke rumah bersama Bunyai dalam acara tasyakuran kecil-kecilan tersebut.
“Dalam kesempatan itu beliau bercerita panjang lebar tentang pesantren terutama pesantren yang beliau asuh, Pesantren Tebuireng. Beliau menyampaikan tentang rencana regenerasi di Tebuireng tentang siapa dan kapan,†tutur Gus Han di laman Facebook pribadinya dikutip
Kantor Berita RMOLJatim, Senin (3/2).
Dalam pandangan Tokoh NU Jawa Timur ini, Gus Sholah adalah pribadi yang enak diajak berdiskusi karena tidak memposisikan diri “tinggi†dengan yang lain. Setiap kata memiliki makna karena apa yang beliau ucapkan itu adalah yang beliau lakukan.
“Cara memandang terhadap bangsa jauh dari hal-hal yang sifatnya pragmatis, beliau bisa diterima di sayap kanan dan beliau juga bisa bergaul di sayap kiri. Cara pandangnya terhadap jamiyah Nahdlatul Ulama tampak
nothing to lose,†bebernya.
“Beliau adalah pribadi yang sudah selesai dengan hidupnya, sehingga beliau merasa tidak ada beban untuk berbeda dengan yang lain jika beliau yakini benar,†imbuh Gus Han.
Lanjut Gus Han, “Berkali kali beliau menyampaikan syukurnya atas ‘capaian usia’ yang melampaui kakaknya (Gus Dur). Dan saya yakin beliau kini bersuka cita karena kini sudah bisa bersama-sama di alam sana.â€
“Selamat jalan Kiai, rasanya belum selesai diri ini menimba ilmu kesahajaan yang panjenengan miliki, tapi Allah sudah lebih dahulu memanggil.
Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun,†doanya.