Demikian disampaikan pakar komunikasi politik Universitas Airlangga (Unair), Suko Widodo, dilansir
Kantor Berita RMOLJatim, Jumat (1/3).
"Potensi partisipasi milenial memang rendah. Ini terjadi lantaran tidak terbangunnya komunikasi politik antara mereka dengan parpol/ politisi," tegas Suko.
Menurut Suko, potensi rendahnya partisipasi itu disebabkan beberapa faktor, di antaranya konsep komunikasi partai politik untuk membuka dialektika serta diskursus kepada milenial ini.
"Selama ini parpol lebih berbicara ketimbang mendengarkan suara mereka," demikian Suko.
Sebelumnya, sebanyak 65 persen kaum muda perkotaan di Jakarta, Bandung, dan Surabaya menganggap kualitas demokrasi di Indonesia buruk. Isu politisasi agama menjadi alasan utama.
***