"Yang pasti tingkat kesulitannya seperti Pilpres 2014," kata Hikmahanto Juwana kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (16/1). Hikmahanto adalah satu dari enam orang yang ditunjuk sebagai panelis debat Pilpres 2019.
Kesulitan pertama, kata Guru Besar Hukum Internasional di Universitas Indonesia itu, pertanyaan harus relevan dengan kondisi masyarakat? Hikma memastikan bahwa pertanyaan yang diberikan relevan dengan kondisi Indonesia saat ini dan relevan dengan visi-misi yang disampaikan oleh paslon.
"Pertanyaan ini relevan dengan keadaan yang ada di Indonesia dan relevan visi misi yang disampaikan oleh paslon, begitu, jadi itu kita coba rumuskan baru setelah itu tahap berikutnya adalah kita bertemu dengan para moderator karena moderator kan akan menyampaikan," papar Hikma.
"Karenakan apapun jawaban itu untuk kepentingan masyarakat pemilih. Jadi merumuskan pertanyaan itu ternyata ya memang sulit," ungkap dia.
Pertanyaan yang disiapkan untuk capres-cawapres, kata dia, juga tidak cenderung menguntungkan salah satu pasangan calon.
"Yang kedua adalah sulit itu juga karena kita tidak ingin pertanyaan itu bisa menguntungkan salah satu pihak. Kita ingin memastikan bahwa apapun pertanyaan yang disampaikan itu memang bisa dijawab oleh para pihak tanpa salah satu merasa diuntungkan, dipojokkan dan lain sebagainya," tutur pria yang mendapat gelar Doctor of Philosophy (PhD) dari University of Nottingham, Inggris, tahun 1997 lalu ini.
Kesulitan lainya, kata Hikma, pertanyaan dari tiap panelis tidak sama.
"Nah yang ketiga adalah sebenernya pada waktu kita mau merumuskan pertanyaan apakah kita satu satu menulis dan sebagainya. Lalu muncul ide bahwa sebenarnya pertanyaan dari tim panelis bukan individu, tapi prosesnya harus di mulai dari individu. Jadi waktu itu misalnya kita brainstorming, setelah itu masing-masing membuat pertanyaan," kata dia.
"Lalu ada berapa pertanyaan ada yang 45 pertanyaan ada yang 27 pertanyaan, macam-macam lah lalu dinaikkan dikumpulkan, nanti dilihat mana yang sama, itu akan dibuat satu kelompok mana yang beda dan lain sebagainya," lanjut Hikma.
Kemudian kata Hikma, dirinya dengan panelis lain mengulas kembali pertanyaan-pertanyaan untuk memastikan pertanyaan yang diberikan dapat dipahami baik oleh pasangan calon maupun publik.
"Baru setelah itu kita mengulas pertanyaan pertanyaan itu untuk memastikan tadi bahwa pertanyaan ini mudah dipahami oleh publik mudah dipahami oleh paslon sehingga nantinya mereka bisa menjawab dengan baik," kata Hikma.
[dem]
BERITA TERKAIT: