Sudah berhari-hari sebagian dari mereka yang tergabung dalam tergabung dalam Serikat Pekerja Awak Mobil Tangki (SP-AMT) hingga kini masih bertahan di depan Istana Negara, Jakarta Pusat, menuntut keadilan. Hak-hak yang telah diabaikan perusahaan.
Berjalan kaki berkilo-kilo meter tak menyurut semangat para buruh AMT ini. Meski harus berjauhan dari anak istri.
Hujan deras berganti terik panas sudah jadi santapan.
"Ya
Alhamdulillah Mas, saya punya anak dan istri asal bisa makan gitu di rumah," ucap Heri, seorang peserta demo saat ditemui di depan Istana Negara Jakarta, Selasa (15/1).
Ia bersyukur mendapat restu keluarga yang ditinggalkannya di rumah. Karena ada juga terpaksa memilih perceraian karena suami tak punya penghasilan tetap beberapa bulan terakhir.
"Bagi mereka yang istrinya tidak paham organisasi, tidak paham apa yang mereka (suaminya) perjuangkan, yang mereka paham hanya kebutuhan sehari-hari ya itu perceraian banyak melakukan perceraian," terangnya.
Kebanyakan buruh AMT asal Jawa Barat yang digugat cerai.
"Bandung itu kurang lebih Jawa Barat ada 13 orang yang cerai karena itu tadi istrinya kebanyakan kurang memahami apa maksud dari perjuangan ini," beber Heri.
Sedang dari daerah lain, ia kurang tahu persis. Ada empat tuntutan yang disuarakan SP AMT sejak 20 bulan lalu.
Pertama, menuntut pembayaran upah lembur yang belum dibayarkan sesuai nota sudinaker dan Kementerian Ketenagakerjaan dan upah proses selama di-PHK.
Kedua, mempekerjakan kembali 1.095 AMT yang di-PHK massal dan secara sepihak.
Ketiga, mengangkat mereka sebagai karyawan tetap di PT. Pertamina Patra Niaga dan PT. Elnusa Petrofin, sesuai dengan nota sudinaker yang sudah disahkan oleh pengadilan.
Dan keempat, menuntut pembayaran hak pensiun bagi pekerja yang lanjut usia sesuai perundang undangan yang berlaku.
[wid]