Munculnya calon alternatif dari luar kedua partai itu dinilai bisa menjadi solusi dalam pencarian pengganti Sandiaga Uno.
"Dengan catatan PKS legowo," kata pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno kepada wartawan, Senin (10/12).
Hingga kini dua partai pengusung pasangan gubernur di Pilgub DKI Jakarta 2017 masih menemui jalan buntu mencari calon pendamping Anies Baswedan. PKS masih belum percaya diri mengajukan calonnya lantaran Gerindra mensyaratkan harus terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan dan kepatutan.
Gerindra berdalih fit and proper test sebagai standar prosedur dalam proses penyaringan seorang pemimpin. Bahkan, hal itu diklaim tertuang dalam AD/ART partai. Sementara PKS terkesan keberatan karena menganggap kursi wagub DKI sudah menjadi haknya.
Keduanya sempat sepakat akan kembali duduk bersama membahas persoalan tersebut namun pertemuan belum juga terealisasi. Calon wagub DKI pun sampai hari ini masih menjadi wacana.
Adi menjelaskan, berlarutnya dinamika politik antara Gerindra dan PKS dalam penentuan wagub DKI bisa menjadi bumerang bagi pasangan capres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Menurutnya, mesin politik PKS bisa tidak berjalan maksimal lantaran energinya habis untuk mengurusi persoalan kursi wagub.
Meski secara lisan Gerindra telah menyerahkan kursi wagub DKI ke PKS dan PKS telah menetapkan dua calon yang akan diajukan yakni Sekretaris Umum DPW PKS DKI Agung Yulianto dan mantan Wakil Wali Kota Bekasi Ahmad Syaikhu, perundingan tetap tanpa hasil.
Karena itu, Adi mengaku sepakat bila muncul calon dari luar PKS dan Gerindra bisa memberi harapan baru. Kendati secara politik kursi wagub DKI adalah jatah PKS.
"Ini bisa menjadi titik temu tapi bisa juga tidak," katanya.
Adi pun mengomentari kemunculan nama pengusaha Erwin Aksa di tengah kebuntuan kompromi Gerindra dan PKS. Menjadi titik temu jika PKS gayung bersambut dan ikut merekomendasikan Erwin Aksa menjadi calon pendamping Anies Baswedan. Kondisi sebaliknya terjadi manakala PKS mencurigai Gerindra ikut bermain di balik kemunculan nama Erwin Aksa.
"Ini karena Gerindra terkesan welcome, PKS curiga Gerindra bermain di dua kaki. Ini bukan lagi titik temu," imbuhnya.
[wah]
BERITA TERKAIT: