Sebab, partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu tidak konsisten dalam menentukan sikap di pilpres. Demokrat merupakan partai pengusung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, tapi di satu sisi memberi ruang bagi kader untuk memilih Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
Jurubicara PSI Rian Ernest menilai sikap itu sebagai bentuk ketidaksolidan Partai Demokrat dalam mendukung pasangan nomor urut 02.
"Aneh sekali, Partai Demokrat sudah berikan contoh tidak solidnya mendukung Prabowo, dengan membebaskan calegnya memilih Jokowi bila mau," ujar Ernest kepada
Kantor Berita Politik RMOL, sesaat lalu di Jakarta, Rabu, (14/11).
Lebih lanjut, Ernest menjabarkan bahwa ketidaksolidan Partai Demokrat sudah terlihat sejak Wasekjen DPP Partai Demokrat Andi Arief menyebut istilah 'Jenderal Kardus' di awal koalisi mereka terbentuk.
Saat itu, Andi Arief seperti tidak terima dengan pemasangan Sandiaga Uno sebagai cawapres pendamping Prabowo. Dia juga sempat menyebut ada mahar politik kepada dua partai lain untuk memuluskan langkah Sandi tersebut.
“Untuk itu, sebaiknya Pak Andi sebagai Wasekjen Demokrat fokus dalam memberikan contoh solidaritas mendukung capres yang diusung," tukas Ernest.
[ian]
BERITA TERKAIT: