Politisi Muda Partai Golkar, Khalid Zabidi mengatakan peredaran hoax sebenarnya telah ada sejak lama. Di mana sebelum ada media sosial berwujud dalam selebaran gelap, coretan dinding tanpa nama, surat kaleng dan sejenisnya.
"Adalah kembang-kembang pemilu tak perlu banyak dihiraukan, habis hoax tumbuh seribu hoax lain," kata Khalid, Rabu (24/10).
Di sisi lain, Khalid menilai era milenial di mana merupakan nama generasi yang disematkan pada kelahiran antara tahun 1980-2000 oleh kelompok marketer dalam konteks bahasa marketing sebagai sebuah ceruk.
"Tidak mengherankan karena praktek demokrasi liberal model pilpres dipandang sebagai upaya meraup pemilih dengan menjual produk politik ala political marketing," ujar Khalid.
Generasi milenial, kata Khalid, setidaknya memiliki tiga ciri khas yakni anti-mainstream, anti-established dan penyuka alternatif.
"Bahkan cenderung subversif, jika ada milenial atau anak muda yang suka mainstream, establishment dan formal dan normal coba tolong di cek lagi DNA kepemudaannya," tutur Khalid.
Menurut Khalid, generasi milenial konon mempunyai ceruk suara yang besar. Untuk itu, generasi tersebut seharusnya jangan jadi bancakan suara saat pemilu.
"Anak muda harus punya agenda politiknya sendiri untuk masa datang. Misalnya, bagaimana mengembangkan AI, big data dalam dinamika politik demokrasi, apakah robot atau AI bisa menggantikan fungsi aparat dan anggota dewan atau mulai menebar optimisme dan semangat inovatif," ungkapnya.
Dikatakan Khalid, generasi milenial dengan karakternya yang dinamis, cepat (cepat bosan), praktis, galau dan serba bisa punya kedekatan karakter dengan Partai Golkar.
Setidaknya, tambah Khalid, dalam 5 tahun terakhir Partai Golkar sudah memiliki atau mengganti empat orang ketua umum.
"Dalam 5 tahun juga Golkar sudah berpindah haluan dukungan, dari paling oposisi terhadap Jokowi menjadi paling pendukung Jokowi dan Golkar menempatkan 5 kader serba bisanya dan sangat menguasai medan permainan, JK, LBP, Airlangga Hartarto, Agus Gumiwang Nusron Wahid," pungkasnya.
[lov]
BERITA TERKAIT: