Mereka, katanya lebih memilih untuk belajar tentang Agama Islam dari internet maupun media sosial berbagi video, YouTube. Padahal, hal itu berdampak pada selera alias preferensi politik bersangkutan yang cenderung lebih ekstrem.
"Preferensi politiknya memang agak ekstrem. Terutama isu-isu yang sifatnya Islami, ada orang yang dipersepsikan anti-ulama, kebijakannya yang tak ramah pada ulama, biasanya itu yang dilawan oleh mereka. Banyak orang belajar agama bukan pada sumbernya langsung," katanya dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Generasi Muda Islam (G-MUI) for Jokowi di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Senin (24/9).
Padahal, lanjut Adi, politik sebenarnya hanyalah merupakan permainan kata-kata atau istilah bekennya adalah politics is a game. Adapun fenomena muslim tanpa masjid ini kata dia hanya terjadi di perkotaan. Itupun jumlahnya tak terlalu signifikan.
"Dia well educated sekolahnya bagus, ngerti informasi. Fenomena muslim tanpa masjid ini prosesentasenya tak banyak tapi cukup militan di medsos. Dikit jumlahnya tak sampai 10 persen," pungkasnya.
[lov]
BERITA TERKAIT: