“Republik Indonesia ini negara agraris, tapi kita justru malah impor bahan pertanian atau pangan. Ini kan ironis,†ujar Budi Waseso pada acara peresmian Politeknik Pertanian Pembanggunan di Bogor, Jawa Barat, Selasa (18/9).
Kecurigaan Buwas, sapaan populernya saat menjabat Kabareskrim Mabes Polri, terhadap kebijakan impor pangan, beralasan. Hasil telisik Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), setidaknya dalam bentang waktu Tahun 2015 hingga Semester I Tahun 2017, bisa menjadi jawaban.
Data hasil telisik BPK yang beredar di kalangan wartawan, menegaskan bahwa sistem pengendalian intern Kementerian Perdagangan belum efektif untuk memenuhi kapatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Data yang beredar di kalangan wartawan, BPK menemukan penerbitan persetujuan impor dalam rangka menjaga ketersediaan pangan dan stabilitas harga yang dilakukan Kementerian Perdagangan tidak melalui pembahasan dalam rapat koordinasi (Rakor) dan tanpa rekomendasi dari kementerian teknis.
Pada point ini, telisik BPK menemukan pada proses impor gula, baik Gula Kristal Putih (GKP) maupun Gula Kristal Merah (GKM). Juga terjadi pada kebijakan impor Beras Kukus, impor sapi, impor daging sapi yang pada tahun 2016 saja mencapai angka Rp 737,65 miliar.
Sementara pada proses impor yang tidak didukung oleh dokumen persyaratan yang lengkap, BPK menemukan terjadi pada penerbitan persetujuan impor beras. Juga terjadi pada persetujuan impor sapi, impor daging sapi, dan impor garam.
Kata Buwas, Tiongkok yang tidak memiliki basis pertanian tapi memiliki ketahanan pangan yang baik. Ketahanan pangan di Tiongkok bisa mencapai 10 tahun, padahal hanya bisa menanam sekali dalam setahun.
“Sementara Indonesia yang memiliki masa tanam dua hingga tiga kali setahun, tidak memiliki ketahanan pangan. Indonesia mengandalkan impor dalam memenuhi kebutuhan mendasar tersebut. Kenapa kita kalah sama Tiongkok? Ini pasti ada yang salah,†tegasnya.
Buwas mengaku miris dengan impor pangan yang terus dilakukan pemerintah.
“Impor pangan merupakan hal ironis lantaran Indonesia merupakan negeri yang agraris,†katanya.
Banyak beras impor di gudang Bulog yang tidak digunakan sama sekali. Bahkan ada yang sudah turun mutu. Terus kalau kita harus impor itu untuk apa?, ujar Buwas bertanya-tanya.
Lebih ironis lagi, saat ini stok beras Bulog melimpah. Bahkan,
saking melimpahnya, Bulog sampai harus meminjam gudang pihak lain untuk menyimpan stok beras.
Buwas pun bertekad akan mencari tahu lebih dalam akar masalah kebijakan impor pangan yang dilakukan.
[dem]
BERITA TERKAIT: