Kena Imbas Ekonomi Turki, Bukti Prediksi Rizal Ramli Benar

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/widian-vebriyanto-1'>WIDIAN VEBRIYANTO</a>
LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO
  • Selasa, 14 Agustus 2018, 14:38 WIB
Kena Imbas Ekonomi Turki, Bukti Prediksi Rizal Ramli Benar
Rizal Ramli/Net
rmol news logo Ekonomi Turki sedang mengkhawatirkan. Hal tersebut ditandai dengan nilai tukar Lira terhadap dolar AS yang baru-baru ini anjlok 20 persen. Secara akumulatif, selama satu tahun ini nilai Lira sudah merosot 40 persen.

Petaka ini bermula saat Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan bertindak otoriter atas kebijakan ekonomi negara. Dia menunjuk menantu laki-lakinya sebagai menteri keuangan dan telah membuat serangkaian pernyataan yang melemahkan kemerdekaan bank sentral negara itu. Termasuk, mencerca terhadap prospek suku bunga tinggi.

Suku bunga yang rendah itu cenderung memicu inflasi. Alhasil, inflasi di Turki kini mendekati angka 16 persen.

Sebagaimana dikutip New York Times, dampak ekonomi Turki sebenarnya tidak begitu besar. Bahkan jika ekonomi Turki runtuh, tidak akan berdampak besar pada ekonomi global.

Namun bagi negara yang tumbuh karena utang, pertumbuhannya akan mulai terurai, dan terkena efek domino keruntuhan ekonomi negara lain. Ini karena investor asing mulai takut dan terburu-buru menarik investasinya.

Indonesia merupakan negara yang terkena imbas domino Turki. Terbukti nilai rupiah sempat menembus angka Rp 14.600 per dolar AS.

Kondisi ini sebenarnya sudah diprediksi sekitar enam bulan lalu oleh ekonom senior Dr. Rizal Ramli. Kala itu, pria yang akrab disapa RR tersebut telah mewanti-wanti bahwa ekonomi Indonesia sudah setengah lampu merah. Anjloknya rupiah  dan indeks saham menjadi tanda dari krisis ekonomi tersebut.

Namun seperti krisis ekonomi 1998 lalu, pemerintah justru tengah berbangga atas capaian ekonomi yang menurut mereka sedang on the track, tanpa mau mendengar peringatan bahwa ancaman ada di depan mata jika hanya andalkan utang. Hasilnya, krisis tetap terjadi.

Pemerintah yang kini digawangi Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan justru sibuk membantah peringatan yang dikeluarkan Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu.

“6 bulan lalu, RR sudah katakan badan ekonomi Indonesia sedang sakit, antibody kita lagi lemah. Tapi tim ekonomi Pak Jokowi sibuk bantah-bantah Rizal Ramli. Soal utang kepedean abis,” ujar RR dalam akun Twitter-nya.

Bagi Rizal, membaca indikasi krisis ekonomi itu mudah. Jika utang swasta besar, devisit berjalan besar, dan mata uang Indonesia overvalued delapan persen maka ekonomi akan bergejolak. Apalagi jika kondisi itu ditambah dengan sektor riil yang mandek dan cara pemerintah Indonesia hadapi makro ekonomi sangat konservatif.

Lebih-lebih, selama ini tim ekonomi Jokowi hanya mengandalkan pada pengetatan dan kontraksi pajak.

“Tim ekonomi Jokowi nggak ngerti kalau rupiah anjlok, semua indikator-indikator utang berubah cepat. Kena virus sedikit bisa cepat sakit. Tim ekonomi Pak Jokowi tidak memiliki kemampuan antisipatif. Bisanya hanya menunggu Godot!” tukasnya. [ian]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA