Selain Ketua Umum MUI, Kiai Ma'ruf juga menjabat Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Karena kedua jabatan itu berkaitan dengan umat dan bukan untuk kepentingan politik, sejumlah pihak meminta Kiai Ma'ruf mengundurkan diri. Eks Rais Aam PBNU, Kiai Mustofa Bisri alias Gus Mus pernah meminta Kiai Ma'ruf melepas posisi Rais Aam PBNU. Kalau Gus Mus yang dawuh, semua orang khususnya Nahdliyin rela dan manut saja. Lain soal kalau yang protes santri. Protes ke kiai dinilai bukan adab santri. Apalagi sampai demonstrasi.
KSP Indonesia menggelar aksinya di depan Gedung MUI, Menteng, Jakarta Pusat, kemarin. Berdasarkan pantauan, sejumlah pemuda mengenakan baju koko, sarung dan pecian ini mendatangi Gedung MUI, sekitar pukul 13.35 WIB. Mereka membawa sejumlah atribut seperti bendera Merah Putih dan beberapa poster. Isi posternya salah satunya berbunyi 'Jadi Politisi, Jangan di MUI KH Ma'ruf Amin', 'Buang Politisi Maruf Amin dari MUI'. Koordinator KSP Indonesia, Ananda Imam mengatakan, aksi menuntut Kiai Ma'ruf mundur sebagai Ketua Umum MUI. "Siapa yang rela jika ketua MUI sibuk kampanye untuk berkontestasi di Pemilu 2019," kata Ananda dalam orasinya.
KSP Indonesia mengkalim sangat menghargai dan menghormati Kiai Ma'ruf sebagai guru dan ulama Islam. Hanya saja, dia mengatakan jika Kiai Ma'ruf memilih jalur politik dengan menjadi cawapres, semestinya legowo melepas jabatan Ketua Umum MUI. "Siapa yang mau jika lembaga yang selama ini jadi rujukan umat muslim kemudian menyalahgunakan kepercayaan umat untuk kepentingan politik?," ujarnya.
Selain KSP Indonesia, Persaudaraan Alumni (PA) 212 juga meminta Kiai Ma'ruf mundur sebagai ketua umum MUI. Juru Bicara PA 212 Novel Bamukmin mengatakan, Kiai Ma'ruf sudah terjun ke politik praktis, artinya jabatan keumatannya harus dilepas. "Kalau memang sudah mencalonkan diri, kami minta (Ma'ruf Amin) mundur dari MUI," tegas Novel. Dia berharap MUI sebagai lembaga tetap menjaga prinsip istiqlaliyah atau independensi. Novel khawatir MUI akan mengeluarkan fatwa untuk kepentingan politik praktis. "Agar dijabat oleh ulama yang istiqomah, ulama yang tidak berpolitik MUI netral bisa mengedepankan umat," kata Novel.
Menangggapi ini, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto akan mencari dalang yang memotori aksi tersebut. Hasto mengaku baru mengetahui kabar tersebut. "Nanti kita cek siapa yang menggerakkan," kata Hasto di Hotel Oria, Jakarta Pusat, kemarin.
Kiai Ma'ruf sudah menjawab soal ini. Alumni Ponpes Tebuireng Jombang, Jawa Timur ini menyatakan, ada mekanisme organisasi tersendiri. "Nanti akan ada mekanisme organisatoris. Tidak dimundurkan atau minta mundur. Nanti akan ada mekanisme penyesuaian," ujar Ma'ruf di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, akhir pekan lalu.
Di Twitter, netizen heran dengan aksi ini. Akun @GunRomli bertanya-tanya, masa iya ada santri demo kiai. "Mana ada santri demo kiai? Kok bau-baunya seperti yang ngaku post santri, padahal jadi santri saja belum," kicaunya diamini @kh_notodiputro. "Saya sebagai warga nahdliyin bingung dan "surprised" kalau benar ada santri mendemo kiyai.. jauh panggang dari api." Akun @ ismidewiputri mempertanyakan santri yang demo. "Haha... gak ada ceritanya santri begitu bang. Santri itu melekat sikap keta'dziman para kiyai. Itu santri dadakan, santri pesanan kali," cuitnya senada dengan @bemoljaya8. "Itu preman, mana ada santri demo KYAINYA?". Akun @salinahdewi kesal. "Penghinaan terhadap ulama dan kiai tuh," cuitnya.
Akun @nasih_id bertanya kepada para pendemo asal pesantrennya. "Santri mana ini? Pesantrennya namanya apa? Terus nama kyai atau pimpinan pesantrennya siapa? #SeriusNanya," cuit dia dibalas @purnagiri. "Kalau tradisi santri yah bener, sepertinya nggak akan berani berbuat begitu apalagi terhadap ulama. Mosok santri demo ulamanya," kicaunya. ***
BERITA TERKAIT: