Politik SARA Akibat Kemiskinan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/idham-anhari-1'>IDHAM ANHARI</a>
LAPORAN: IDHAM ANHARI
  • Sabtu, 27 Januari 2018, 20:06 WIB
Politik SARA Akibat Kemiskinan
rmol news logo . Ekonom senior Dr. Rizal Ramli melihat fenomena politik berbau Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) yang kerap muncul mewarnai persaingan kandidat yang maju di pilkada terkait persoalaan kesejahteraan rakyat.

"Kalau perutnya cukup, bisa menyekolahkan anak, bisa kerja gak ada waktu buat melakukan SARA," ujar Rizal saat menjadi salah satu pembicara di Pertemuan Kebangsaan yang digelar Nation and Character Building Institute (NCBI) bertajuk "Mengawal Demokrasi: Menolak Politik SARA, Merawat Kebinekaan," di Matraman, Jakarta Timur, Sabtu (27/1).

Menurut dia, jika negara ingin mengurangi sentimen SARA maka yang terlebih dulu harus diperangi adalah masalah kemiskinan. Negara harus mampu mengangkat masyarakat yang masih berada di bawah garis kemiskinan.

Dia mengungkapkan, saat ini masih banyak penduduk Indonesia yang berpenghasilan per hari hanya 1 dolar AS atau Rp 13 ribu. Sementara orang miskin menurut standar dunia adalah mereka yang berpenghasilan 2 dolar AS per hari.

"Bisa apa? Paling beli supermi doang, nebeng di rumah orang tua. Standar internasional untuk kemiskinan adalah 2 dolar atau Rp 26 ribu rupiah," paparnya.

Menkoperekonomian era Gusdur ini tak dapat membayangkan jika standar kemiskinan dunia tidak dijadikan patokan oleh Indonesia.

"Yang miskin di Indonesia tiga hinga empat kali pasti berlipat ganda. Ini tugas negara kita," tekan RR, sapaan Rizal Ramli.[dem]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA