Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ahok Sebaiknya Jadi Mualaf, Belajar Dan Mencintai Islam

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/natalius-pigai-5'>NATALIUS PIGAI</a>
OLEH: NATALIUS PIGAI
  • Selasa, 09 Januari 2018, 16:59 WIB
Ahok Sebaiknya Jadi Mualaf, Belajar Dan Mencintai Islam
Ahok/Net
HADIRNYA Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam panggung politik mewarnai dinamika politik Indonesia selama empat tahun terakhir. Ahok adalah magnet yang mampu menaikkan turbulensi politik, menghadirkan turbulensi sosial.

Gerakan Ahok juga telah mengantarkan rakyat Indonesia dalam alam pikir baru yaitu imajinasi tentang Ahok sebagai orang baik dan Ahok sebagai orang jahat. Apapun ceritanya Ahok adalah sentrum politik dan sosial nasional karena tekah menggangu fondasi sosial dan fondasi politik, fondasi HAM dan tidak kalah pentingnya adalah fundamental agama.

Apapun ceritanya kehebatan Ahok, bangsa ini memiliki kekayaan nilai luhur, nilai budaya, pepata-pepata kuno nusantara adalah legasi besar. "Kecik bertitik olo ketoro", yang baik kelihatan dan yang jelek akan tampak. "Sebaik-baiknya tupai melompat akhirnya jatuh jua". Ahok rupanya tidak belajar dari nilai-nilai keadaban nusantara. Meskipun Ahok adalah manusia impor, namun dimanapun bumi dipijak, langit selalu dijunjung.

Perilaku arogan terhadap orang kecil dan fakir miskin, perilaku kasar terhadap penduduk kumuh, warga di bantaran sungai yang adakah anak-anak bumi putera, kata-kata yang merendahkan martabat manusia, kolusi sistematis dengan kelompok oligarki mafia taipan hoakiu, perilaku pecundang di balik ketiak penguasa politik dan pemerintah yang ditonjolkan telah mencederai nilai spiritualitas Kristen.

Orang Kristen tidak pernah diajarkan kasar terhadap orang-orang kecil, keberpihakan kepada orang-orang kecil adalah ajaran sosial gereja yaitu option for the poor. Nilai-nilai Kristen secara fundamental ditanamkan ajaran hukum kasih sebagai hukum tertinggi yang diajarkan oleh sang pemilik tunggal (causa prima). Kasihilah Tuhan Allamu, cintailah sesama manusia, menyayangi alam semesta dan segala isinya serta Keunggulan Yesus adalah MENCINTAI MUSUHMU.

Ahok Antitesa Natalius

Perilaku Ahok selama ini tidak pernah mencerminkan ajaran sosial gereja yang diikat melalui hukum (canonica) dan hukum kasih yang diikat dalam hukum Dogma (dogmatica).

Bagaimanapun di panggung sejarah hari ini, Ahok adalah antitesa dari Natalius Pigai, Ahok secara sadar dan sengaja membenci Islam bahkan menghujat dogma agama Islam dan membenci umat Islam.

Natalius Pigai, seorang Kristen Puritan berdiri di depan, berteriak lantang menyuarakan jeritan, rintian, ratapan dan penderitaan umat Islam di negeri ini.

Saya menyadari kasih menembus batas agama, suku, ras dan antar golongan. Tidak penting meskipun dihujat dan dicaci maki, dibenci, diteror bahkan ancaman Nyawa sekalipun; karena ketika anda berdiri membantu orang-orang kecil dan menderita maka Tuhan akan senantiasa melindungimu, saban hari, petang dan pagi sampai akhir hayat. Hidup ini akan berguna ketika anda mampu membantu orang-orang kecil dan teraniaya yang membutuhkan pertolongan.

Ahok justru tidak menujukan sikap Kristiani (cristianitas), persaudaraan (fraternitas) dan solidaritas (caritas) karena itulah Ahok tidak pernah membuat gereja Kristen tersenyum dan bangga, gereja justru malu karena Ahok, meskipun Ahok bukan representasi gereja.

Tidak pernah dibayangkan dibenak aktivis Kristen di Indonesia, Alumni PMKRI, Pemuda Katolik, GMKI dan tokoh-tokoh Kristen di negeri ini, ketika awal tahun 2017, saya memutuskan menjadi Ketua Tim pembela Habib Rizieq, 20 ulama dan ustad serta umat muslim. Dengan lantang menyatakan identitas saya sebagai seorang Kristen Katolik. Saya tidak pernah ragu menyatakan diri saya seorang Kristen meskipun membela orang dan agama Islam. Karena saya sadar bahwa umat Tuhan dan agama Islam, Agama Tuhan di dunia ini telah dianiaya oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan, uang dan jabatan.

Paranoia dan Introspeksi


Perilaku dan paradoksnya Ahok telah mengantarkannya ke jeruji besi, Ahok bukan siapa-siapa di negeri ini, Ahok hanyalah seorang narapidana. Sebuah label sosial yang buruk bagi orang-orang buruk dan bermasalah. Hari ini anda adalah orang yang berada dalam akuarium, tidak bisa kemana-mana dan anda orang yang penuh masalah. Selain sebagai seorang narapidana, juga dugaan kasus-kasu korupsi sedang menanti. Hari ini ada sedang gugat cerai istri tercinta anda, Veronica Tan. tanda-tanda orang paranoia, mulai tidak normal.

Ahok harus banyak belajar tentang pengetahuan (knowledge), ketrampilan memimpin (skills) dan yang terpenting adalah mentalitas dan moralitas (attitute) yang baik. Di penjara Ahok sebagai manusia manusia berfikir (viator mundi) pasti merenung dan menjelajahi alam pikirannya, juga sebagai manusia pekerja (faber mundi) tentu saja Ahok mulai berbuat baik di penjara. Tetapi semua itu tidak cukup, Hok.

Silakan Menjadi Mualaf

Bagaimanapun juga anda berada di Indonesia, di negeri belantara manusia, belantara umat Islam yang mayoritas. Jika ingin menetap dan tinggal di negeri ini dan menjadi lebih baik dalam kehidupan politik maka saya hanya saran silakan memilih agama Islam. Disana anda akan banyak diterpa dengan ajaran tentang hidup yang makrifat, ajaran Islam tentang ukhuwah Islamiah, ukhuwah insaniah dan ukhuwah Wathoniah.

Di Islam juga anda akan diajarkan bagaimana seorang pemimpin Islam berbuat untuk memimpin dan mengelola negara (khalifah), dengan hukum (fiqih) tentang kekuasaan (khilafah) dengan cara yang baik dan benar. Jika anda menjadi mualaf dan masuk Islam maka percaya bahwa anda akan mencapai karier tertinggi di negeri ini. Minimal Wakil Preisden. Orang Islam sudah lupa dan telah memaafkan engkau, Ahok. Selamat merenung dan berjuang. Salam. [***]

Penulis adalah aktivis Katolik puritan

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA