Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Quo Vadis Konsorsium Riset Samudera?

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/tatang-muttaqin-5'>TATANG MUTTAQIN</a>
OLEH: TATANG MUTTAQIN
  • Rabu, 27 September 2017, 01:26 WIB
<i>Quo Vadis Konsorsium Riset Samudera?</i>
PENELITIAN dan pengembangan (litbang) merupakan kunci untuk mencipta nilai tambah dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing.

Jika Presiden Joko Widodo memproyeksikan Indonesia untuk menjadi negara dan bangsa yang maju pada tahun 2045, maka peningkatan kualitas litbang menjadi keniscayaan. Beragam sumberdaya litbang akan optimal jika disinergikan dengan baik dan tepat sehingga pemetaan dan perancangan program litbang menjadi krusial untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).

Sementara itu, pergeseran orientasi darat ke laut menjadi tak terhindarkan karena kondisi alamiah Indonesia yang bersifat kepulauan dengan kekayaan sumber daya alam melimpah yang belum sepenuhnya diolah dan dioptimalkan. Untuk mengoptimalkan beragam sumberdaya laut tersebut, litbang kelautan wabilkhusus riset samudera sangat penting untuk meningkatkan nilai tambah keberadaan samudera yang mengelilingi Indonesia.

Jika riset samudera berkembang, maka Indonesia akan mampu mengaktualkan beragam potensi yang ada dengan menjadi pusat penghasil teknologi meterial maju semisal nano, aneka energi seperti nuklir, matahari, angin, dan air, pangan lewat bibit unggul, teknologi informasi (ICT), dan pertahanan. Jika pengaktualan potensi tersebut terwujud, maka harapan Indonesia untuk bisa berkembang maju menjadi negara lima besar di Asia dan 10 besar di dunia pada tahun 2045 bukan sebuah mimpi.

Berdasarkan argumen di atas, pemerintah sebagaimana disampaikan oleh Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan, Subandi Sardjoko, sangat berkepentingan untuk memajukan Iptek dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa. Subandi menunjukkan data Global Competitiveness Index termutakhir, di mana peringkat Indonesia masih rendah terutama pada pilar kesiapan teknologi dan pilar inovasi. Juga kontribusi teknologi tinggi terhadap ekspor manufaktur juga masih rendah yang berkelindan dengan terbatasnya sumber daya Iptek yang ada, mencakup: pendanaan, jumlah dan kualitas peneliti dan perekayasa. Di samping itu, sumberdaya yang terbatas diperparah dengan kinerja dan produktivitas yang tidak optimal yang ditunjukkan dengan sedikitnya jumlah paten dan publikasi ilmiah.

Menurut Subandi, pemerintah menyadari peran sentral Iptek dalam pembangunan sehingga para pemangku kepentingan perlu bersepakat untuk menyusun kebijakan, merancang program, dan membuat rencana strategis yang dapat dilaksanakan oleh kementerian/lembaga. Dalam jangka panjang sampai tahun 2045, doktor dari Universitas Kyoto ini menekankan pentingnya semua pemangku kepentingan untuk meningkatkan peran Iptek dalam memacu pertumbuhan ekonomi dan produktivitas nasional.

Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu pusat pengembangan Iptek di kawasan Asia dan dunia, terutama di bidang ilmu pengetahuan benua maritim dan teknologi kemaritiman, pusat studi biodiversitas, teknologi material, pusat studi kebencanaan, dan mitigasi bencana. Untuk mencapai tujuan dan sasaran ini, perlu disusun strategi yang tepat yang mencakup: (1) adopsi dan penerapan Iptek; (2) peningkatan kemampuan dan kemandirian Iptek; (3) pengembangan teknologi berbasis maritim; (4) pengembangan dana inovasi; (5) pelembagaan model triple helix yang dapat dikembangkan menjadi N-helix; dan (6) pengembangan Iptek berbasis budaya.

Dalam hal pengembangan model triple helix, kita perlu memperkuat kemitraan tiga pihak: pemerintah-industri-perguruan tinggi/lembaga Iptek. Melalui kerja sama ini, hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh para akademisi dan peneliti di perguruan tinggi/lembaga Iptek dapat diaplikasikan oleh industri dan dikembangkan menjadi produk komersial untuk kepentingan pasar dan bisnis. Kerja sama tiga pihak ini menuntut perguruan tinggi/lembaga Iptek lebih reponsif terhadap kebutuhan industri, dengan merujuk pada kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah yang diperlukan, antara lain, pemberian insentif bagi universitas dan industri, termasuk insentif perpajakan dalam bentuk double tax deduction, untuk meningkatkan kerja sama dalam kegiatan riset dan pengembangan.

Pengembangan Iptek perlu dibarengi dengan pengembangan riset yang mampu mengurutkan prioritas bidang yang sesuai kebutuhan pembangunan zamannya. Untuk itu, perlu disusun agenda riset nasional sekaligus menetapkan fokus dan prioritas dengan pentahapan yang terinci dan disepakati bersama. Pentahapan prioritas ini, secara umum sudah cukup terpetakan dalam dokumen Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) yang mencakup: (i) riset terapan berbasis SDA, (ii) riset maju berbasis SDA, (iii) riset terapan manufaktur, (iv) riset maju manufaktur, (v) riset teknologi tinggi, dan (vi) riset rintisan terdepan. Adapun riset samudera dapat dimasukkan ke dalam agenda riset terapan berbasis SDA dan riset maju berbasis SDA.

Agenda, fokus, dan prioritas riset menjadi acuan untuk mendorong kementerian/lembaga dan perguruan tinggi dalam menyusun program dan melaksanakan riset terapan berbasis SDA. Dalam hal ini, diperlukan langkah strategis yang mampu melibatkan semua pemangku kepentingan untuk (i) memantapkan kelembagaan, (ii) membangun jaringan penelitian, dan (iii) memperkuat sinergi dan integrasi antarlembaga. Lewat agenda riset dan program penelitian yang terpadu dengan pembagian tugas yang sepadan serta dijalankan dengan konsisten akan menghasilkan produk riset yang berkualitas dan sesuai kebutuhan.   

Kunci dari pengembangan riset adalah inovasi yang mampu mengunkit laju pertumbuhan ekonomi sebagaimana telah terjadi di banyak negara maju yang kemudian terkenal dengan istilah innovation-driven economy sebagaimana terjadi Korea Selatan, Thailand, Malaysia, dan Taiwan. Nampak sekali, inovasi menjadi faktor penentu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan produktivitas nasional. Inovasi selalu bermula dan berasal dari riset berjangka panjang, yang ditopang oleh peneliti-peneliti andal yang menguasai Iptek. Inovasi juga dapat menciptakan efisiensi dalam perekonomian, sehingga produk-produk yang dihasilkan semakin kompetitif.

Sejalan dengan argumen di atas, perlu dilakukan pembangunan Iptek melalui langkah-langkah berikut: (1) peningkatan kualitas dan kuantitas SDM Iptek; (2) pembangunan infrastruktur Iptek termasuk revitalisasi Puspitek; (3) pembangunan repositori dan diseminasi informasi Iptek; dan (4) peningkatan jaringan Iptek melalui pembentukan konsorsium riset samudera.

Deklarasi riset samudera sejalan dengan agenda besar pengembangan litbang yang diharapkan mampu meningkatkan sinergi dan integrasi antarinstitusi pemerintah dan perguruan tinggi dalam proses penyusunan program riset dan pengelolaan infrastruktur riset samudera. Semoga! [***]

Peneliti di Groningen Research Centre for Southeast Asia and ASEAN dan anggota the James Coleman Associations.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA