Begitu dikatakan Peneliti senior, Indonesia Public Institute, Karyono Wibowo, kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Senin (18/9)
Saat ini, sejumlah lembaga survei menyebutkan bahwa elektabilitas Presiden RI dan Ketua Umum Partai Gerindra itu terus bersaing ketat.
"Jika nanti hanya ada dua kandidat atau
head to head antara Jokowi dan Prabowo maka pertarungan pilpres akan berlangsung sangat panas," terang Karyono.
Dia menjelaskan, persaingan keduanya akan lebih keras dibanding pilpres 2014 lalu. Termasuk, dalam hal isu dan propaganda.
"Apalagi dua tokoh ini pernah bertarung di pilpres 2014. Maka ibarat pertarungan tinju, pilpres 2019 bagaikan pertarungan antara dua orang petinju yang menjadi musuh bebuyutan. Akan tetapi perlu diantisipasi dampak dari kerasnya pertarungan tersebut di tengah masyarakat," sambung Karyono.
Oleh karena itu, dia menyarankan untuk mencegah kompetisi elektoral berubah menjadi konflik di masyarakat. Semua pihak yang berkompetisi dalam kontestasi harus bisa berkompetisi secara elegan, menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, tidak boleh keluar dari
rule of the game yang telah diatur dalam bentuk peraturan dan UU.
"Mereka harus memahami dan menyadari bahwa kontestasi elektoral dalam sistem demokrasi bukan sekadar kalah menang. Energi yang dikeluarkan seluruhnya harus diletakkan dalam kerangka menjaga persatuan dan untuk kemajuan bangsa dan negara," demikian Karyono yang juga Direktur Strategi INDO SURVEY & STRATEGY ini.
[sam]
BERITA TERKAIT: