Gerakan ini dapat dimaklumi karena krisis kepercayaan mereka terhadap penyelenggara, khususnya pengawas yang kurang memiliki daya jangkau dan tidak punya personel yang cukup banyak.
"Kebanyakan warga pendukung Anies-Sandi juga mencurigai aparat keamanan tidak bisa menjaga netralitasnya," ujar Wakil Sekjen Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Indonesia, Girindra Sandino, kepada wartawan.
Menurut Girindra, hal tersebut menjadi salah satu faktor penyebab kemenangan telak pasangan Anies-Sandi atas Basuki Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot) yang tercermin dalam hasil hitung cepat semua lembaga survei.
"Program rumah DP (uang muka) nol rupiah juga cukup menggairahkan, karena di mata awam, siapa yang memilih Anies-Sandi, berharap tinggi sekali untuk mendapatkan sebuah rumah di DKI Jakarta," tambahnya.
Girindra menilai sentimen primodialisme dan isu-isu SARA yang sempat mendominasi sudah terpatahkan dengan fakta keunggulan pasangan Ahok-Djarot di putaran pertama. Terlebih, warga Jakarta memiliki tingkat rasionalitas yang cukup tinggi.
Namun yang pasti, pungkas Girindra, "perang" di media sosial lumayan berpengaruh terhadap pilihan warga DKI Jakarta.
[ald]
BERITA TERKAIT: