Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kepada Peneliti Asal Aussie, Sandi Tegaskan Tak Tertarik Politik Nasional

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Selasa, 28 Maret 2017, 21:57 WIB
Kepada Peneliti Asal Aussie, Sandi Tegaskan Tak Tertarik Politik Nasional
rmol news logo Seorang Peneliti Ekonomi Politik dan Indonesianis dari Fakultas Ekonomi La Trobe University, Melbourne, Australia Jeremy Mulholland, mewawancarai calon wakil gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno di Posko Anies-Sandi di Melawai, Jakarta Selatan, Selasa (28/3).

Kepada penulis aktif para pengusaha politik dan bisnis di Indonesia yang akrab disapa Mas Jay tersebut, Sandiaga menceritakan tentang detik-detik menentukan saat mengajak pasangannya Anies Rasyid Baswedan maju Pilgub bersama dia.

Sandiaga menceritakan pembicaraannya dengan Anies pada 25 September 2016 dini hari, hingga akhirnya memutuskan maju bersama sebagai cagub-cawagub DKI

"Titik-titik sangat menentukan di awal enam jam yang sangat menentukan itu kita janjian dari awal fokus 5 tahun ke depan. Saya sudah mendengar DKI ini dianggap batu loncatan. Saya bilang ke Mas Anies kalau melihat sebagai batu loncatan 'I'm not interested with you', saya bersedia jadi cawagub kalau dia fokus membangun Jakarta," kata Sandiaga, seperti dilansir RMOLJakarta.

Dari perbincangan itulah Sandiaga mengaku sepakat maju menjadi cawagub mendampingi Anies. Sandiaga mengaku tidak berambisi maju politik nasional.

"Kami ingin membenahi Jakarta dan tidak tertarik politik nasional. Terbukti putaran pertama kami mendapat kepercayaan 40 persen warga Jakarta. Kalau kami yakin scopenya Jakarta bukan nasional menurunkan tensi politik dan membenahi Jakarta keseharian warga Jakarta kebanyakan," bebernya.

Sementara itu Jay mengaku tertarik meneliti Pilkada DKI karena dia memperhatikan era Joko Widodo. Menurut Jay dia melihat Jakarta kerap menjadi batu loncatan maju politik nasional.

"Saya merasa sekarang ini semenjak Jokowi terpilih menjadi presiden, sudah jelas sekali bahwa Jakarta merupakan batu loncatan buat posisi-posisi kepemimpinan di tingkat nasional," ucap Jay.

Ketika ditanya alasan memilih untuk wawancara Sandiaga, Jay menyebutnya sebagai suatu kebetulan karena sama-sama berada di komunitas penyuka lari. Selain itu buku-buku biografi tokoh nasional memantik rasa ingin tahunya.

"Memang alasan utama saya dapat akses Bapak Sandi adalah karena memang saya rajin lari jarak jauh di Senayan setiap saya kembali ke Indonesia. Teman-teman saya sudah latihan dengan Pak Sandi dan teman-temannya. Wah bukan main saya senang bisa wawancara beliau," bebernya.

"Faktor kedua saya membaca buku biografi politik Soeharto, Sudarmono, Habibi seringkali ada kata kunci generasi penerus. Saya rasa mereka mengarahkan sebagian besar yang generasi penerus di tingkat elit. Pemimpin baru saya rasa pembesar-pembesar politik itu menyejukkan di Indonesia dan negara lain, afirmasi politik sangat berperan. Untuk bertemu muka dengan salah satu calon pemimpin Jakarta sangat penting memperbaiki mutu penelitian yang melatar belakangi buku saya nanti," ungkapnya.

Ketika ditanya prediksi siapa yang bakal memimpin Jakarta, Jay tidak mau menjawabnya. Dia berharap siapapun yang memimpin Ibu Kota nantinya adalah orang terbaik.

"Ada penelitian nobel prize winner apakah itu pakar ekonomi politik terus politisi cenderung kepedean. Apapun yang mereka putuskan atau prediksi dan khususnya menyangkut dunia perpolitik tidak bisa memprediksi siapapun. 'All I want to say may the best man win'," pungkas Jay. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA