Pertama memilih yang bayar. Kedua masa bodoh dan cenderung golput. Sedang yang ketiga menyadari sepenuh hati akan haknya dalam memilih pemimpin masa depan yang lebih baik dan berintegritas.
Oportunis mata duitan. Apatis mata kelilipan. Sedangkan mukhlis mata hati dan mata masa depan.
Oportunis menghalalkan segala bentuk iming-iming keduniaan. Apatis meragukan adanya perubahan. Sedangkan mukhlis menatap masa depan dengan optimisme dan penuh keyakinan.
Oportunis digerakkan motif materi. Apatis diliputi kebimbangan. Sedangkan mukhlis didasari kesadaran dan tanggung jawab eskatologis terhadap pentingnya kemaslahatan umat dan bangsa di masa depan.
Oportunis bisa berkomplot dengan siapapun yang menjanjikan kenikmatan sesaat, termasuk dengan penista agama, pemecah belah bangsa, dan penyandang tuna etika.
Apatis serba membiarkan keadaan tanpa ada keinginan untuk melakukan perubahan.
Sedangkan mukhlis ber-
taawun ala al-birr wa at-taqwa dalam memperjuangkan tegaknya kebenaran, keadilan, persatuan, kesejahteraan, kemaslahatan dan kemajuan bangsa.
Semoga pilkada DKI dan lainnya dimenangi dengan damai oleh warga yang mukhlis, bukan oportunis dan apatis.
[***]Dr. Muhbib Abdul WahabDosen UIN Jakarta
BERITA TERKAIT: