Pertama, parpol Islam dan politisi Islam yang berdiaspora ke parpol-parpol "sekuler" telah gagal mangagregasi dan mengatalisasi kepentingan publik umat Islam,
Di sis lain, fakta keserakahan pemiliki modal yang "bersetubuh" dengan pemilik kuasa politik yang telah membagi-bagi sumber daya ekonomi hingga ke ampas-ampasnya semakin telanjang terlihat. Akhirnya publik pun marah hingga ubun-ubun mendidih.
Demikian disampaikan Mukhaer Pakkanna, ekonom yang juga Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ahmad Dahlan Jakarta.
"'Prahara Ahok' adalah kulminasi antara kekecewan fakta keserakahan dan kegagalan katalisator politik Islam," jelas Mukhaer lewat akun Facebook-nya.
Menurutnya momentum ini mendapat justfikasi mengapa kekuatan Front Pembela Islam (FPI) yang dipimpin Habib Rizieq tampil di depan dan mengapa kekuatan Ormas Islam terbesar mengambil 'posisi aman'.
"Jika 'bola liar' ini tidak dikendalikan, cepat atau lambat segera ditumpangi kepentingan asing, disintegrasi bangsa pun lebih cepat akan tiba. Prahara Timur Tengah segera kita sambut...
Wallahu a’lam," tandasnya.
BERITA TERKAIT: