Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Refleksi Akhir Tahun 1437 H

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/tatang-muttaqin-5'>TATANG MUTTAQIN</a>
OLEH: TATANG MUTTAQIN
  • Senin, 26 September 2016, 06:59 WIB
Refleksi Akhir Tahun 1437 H
DALAM tidurnya yang pulas, isteri bermimpi sedih mendalam sampai terisak sehingga akhirnya terbangun dari tidurnya yang lelap. Ketika ditanya terkait mimpi yang membuatnya berlinang air mata, ternyata isteri bermimpi pulang ke tanah air dan merasa sangat sedih karena menyia-nyiakan banyak kesempatan yang berlimpah selama mukim di Negeri Kincir Angin yang belum tentu dapat dinikmati sepulang ke tanah air, terutama sebagai ibu rumah tangga.

Sekalipun mimpi tersebut terasa menyedihkan namun memberikan hikmah dalam derap langkah isteri saya dan tentu karena peran Ibu dominan sedikitnya berdampak juga pada anak-anak. Mimpi tersebut memotivasi isteri untuk bergabung dalam beragam pembelajaran dari mulai belajar sepeda di perkumpulan perempuan atau "Jasmin Mevrouw" centre, mengikuti kursus bahasa Belanda baik di kelurahan (Wijk) dan juga institusi pendidikan, Alfa College, dan berkesempatan aktif di Centrum Jeugd en Gezin, semacam Posyandu serta belajar dari pertemuan rutin orang tua murid di Openbare Basisschool Steerensteen serta program bahasa khusus dan kunjungan guru les si bungsu ke rumah tiap pekan atas budi baik Yayasan Humanitas.

Beragam kesempatan tersebut mengasah pengetahuan, wawasan, sedikit menambah kosa kata penyerapan bahasa dan juga tradisi Belanda, baik warga asli maupun migran dari beragam negara semisal Eropa Timur, Amerika Latin, Timur Tengah dan yang paling banyak keturunan Turki dan Maroko. Di samping itu, transportasi yang mudah karena hampir setiap titik bisa ditempuh dengan bersepeda dan tersedianya bahan dan alat masak yang relatif terjangkau serta tersedianya waktu yang cukup, memberinya kesempatan untuk mengulik beragam keterampilan memasak variasi makanan dari mulai bakso, martabak, tahu fantasi, nasi bakar teri dan lainnya.


Beragam jenis makanan tersebut tak hanya mampu menambal defisit anggaran pendapatan dan belanja rumah tangga tetapi juga setidaknya dua kali dipercaya jadi chef untuk salah satu alternatif makanan Indonesia Dinner. Singkatnya ada lebih banyak peluang untuk ibu rumah tangga sehingga mampu mengembangkan diri dan mendapat pengakuan sosial sebagaimana wanita karier yang banyak mendapatkan kesempatan pengembangan diri dan pengakuan dari masyarakat di negeri manapun.

Di samping itu, anak-anakpun berkesempatan memanfaatkan beragam fasilitas yang bisa diakses dari mulai kendaraan antarjemput gratis selama 1 tahun, bergabung dalam klub-klub olahraga dan kesenian, antara lain klub renang, badminton, angklung dan sepak bola. Semua aktivitas tersebut di samping memberi bekal keterampilan agar memperkokoh kepercayaan diri dan self-esteem anak dan remaja juga bisa menjadi ajang bersosialisasi yang memantik semangat untuk terus belajar dan berlatih lewat beragam media, termasuk youtube misalnya.

Beragam aktivitas dan persentuhan dengan banyak warga lokal tersebut tidak sempat kami nikmati saat mukim di Australia misalnya. Juga pertemanan dan pergaulan dengan anak-anak lintas negara mampu menambah jejaring pertemanan yang bermanfaat untuk menyerap tradisi dan budaya sehingga mampu menumbuh-kembangkan sikap positif dan apresiatif terhadap keragaman. Sikap ini tentunya tetap berpatokan pada prinsip menjaga yang ada yang baik, serta menyerap dari yang lain yang lebih baik”.

Secara singkat inti pesan mimpi yang membuat isteri terisak di atas adalah "kesempatan hanya datang sekali saja" sehingga merugilah bila tidak memanfaatkannya.

Manfaat tersebut akan semakin kasat mata setelah melewati kesempatan tersebut. Terkait kesempatan ini mengingatkan saya pada hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas radliyallahu’anhu yang menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Manfaatkanlah lima kesempatan sebelum datang lima kesempitan; 1) masa mudamu sebelum masa tuamu, 2) masa sehatmu sebelum masa sakitmu, 3) kecukupanmu sebelum kesempitanmu, 4) waktu luangmu sebelum waktu sibukmu, 5) masa hidupmu sebelum kematianmu."

Berbeda dengan saat muda, pada usia tua secara bertahap fisik manusia mengalami penurunan vitalitsnya sehingga sedikit banyak mengurangi kualitas dan efektivitas kinerja kita, baik kinerja ritual kepada Yang Maha Kuasa. Misalnya kualitas bendiri saat sholat atau daya tahan untuk berpuasa. Demikian halnya kualitas dan efektifitas kinerja sosial berupa amal untuk sesama, baik dalam konteks professional maupun sosial. Secara profesional selalu ada batas usia pensiun yang menunjukkan berkurangnya vitalitas karena umur.

Kesehatan merupakan harta yang tak ternilai besarnya karena tanpa kesehatan beragam kenyamaan akan menurun sehingga jangankan berkinerja untuk kenikmatan orang lain bahkan sekedar untuk menjaga kenyamanan sendiripun terbatas. Di saat sehatlah waktu yang tetap untuk beramal shaleh. Di samping sehat, tersedianya waktu yang memadai memberikan kesempatan dan peluang untuk beramal shaleh karena tak kala sibuk sulit membagi waktu untuk hal-hal lain karena untuk sekedar memenuhi kewajiban pribadi-pun harus berkejaran dengan waktu.

Hal yang paling krusial bahkan final adalah kesempatan hidup kita karena setelah nyawa berpisah dengan raga, tertutup semua kesempatan untuk berkinerja. Terkait hal ini, sayapun menerawang tentang kesempatan hidup yang Allah berikan hanya satu kali dan dengan batas waktu tertentu. Jika kesempatan memanfaatkan mukim pendek di negeri Oranye sekira 4-5 tahun ini tidak dimanfaatkan akan berbuah penyesalan sewaktu kesempatan tersebut tiada dan terlewati tanpa goresan tinta emas kinerja maksimal, maka apalagi kesempatan hidup yang tak mungkin "diulang."

Kesempatan hidup merupakan anugerah yang luar biasa sehingga tak cukup hanya dengan merayakannya setiap tahun namun yang lebih penting adalah mengkalkulasinya agar bisa dioptimalkan. Optimalisasi kesempatan hidup hanya bisa dilakukan dengan menunjukkan kinerja kemanusiaan yang maksimal yang dapat dinikmati dan terasa oleh orang banyak.

Menjelang berakhirnya tahun 1437 Hijriah yang berarti berkurangnya kesempatan kita menikmati indahnya dunia ini menjadi renungan untuk melakukan refleksi dan instrospeksi agar mampu memetakan resolusi ke depan yang lebih baik sehingga tahun 21438 H nanti dapat diisi dengan lebih banyak kinerja amal shaleh.

Kinerja amal shaleh kemanusiaan akan mampu memperkokoh orientasi Ketuhanan dengan memperbanyak khidmat pada khalayak sehingga kehadiran kita akan dikenang sepanjang masa dan disambut para malaikat dengan sambutan indah membahana "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu. "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati puas lagi diridhai- Nya” (Al-Fajr: 27-28). Wallahu’alam bi al-muradi. [***]

Penulis adalah peneliti di The Inter-university Center for Social Science Theory and Methodology (ICS), University of Groningen, The Netherlands.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA