Demikian dikatakan politisi senior, Rachmawati Soekarnoputri, ketika membahas lebih dalam mengenai ancaman perang menggunakan pihak ketiga, alias
proxy war, terhadap Indonesia.
"Seperti metode
brain washing, publik dicekoki hal-hal yang mempengaruhi alam sadar, akal sehat, pemutarbalikan logika," kata putri dari proklamator Bung Karno ini.
Dia menyebutkan, masuknya sindikat narkoba, sindikat prostitusi sampai pengaruh perilaku menyimpang seperti LGBT dan pedofilia, semuanya tidak lain adalah antitesa dari
nation and character building, ketakwaan terhadap Tuhan, serta melawan nilai-nilai Pancasila yang menjadi dasar segala norma masyarakat Indonesia.
Dia jelaskan bahwa operasi
proxy war bertujuan untuk menghabisi nasionalisme melalui penghancuran budaya bangsa. Peranan
state actor atau
non state actor yang menjadi kaki tangan atau perpanjangan tangan pihak neokolonialisme-imperialisme digunakan sebagai pihak ke-3.
"Antek nekolim bertugas mensukseskan program-program berkaitan dengan kepentingan nekolim baik melalui
state capitalism ataupun korporasi dengan pinjaman utang," jelasnya.
Untuk mengidentifikasi lebih jauh kekuatan proxy, dapat dilihat dengan mencermati siapa kekuatan besar di belakang pemenang pemilihan umum atau pemilihan presiden.
"Contoh Pilpres 2014, bukan rahasia ada kelompok '9 Naga' dan dukungan negara adikuasa. Terbukti, akhir-akhir ini ada upaya melegalkan kejahatan negara melalui RUU tax amnesty, melegalkan sindikat mafia beroperasi melalui lalu lintas moneter," jelasnya.
"Sasaran proxy adalah
food, energy, moneter, sumber daya alam Indonesia yang kaya. Jadi bagaimana masa depan nasib anak cucu kita?" ungkapnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: