Jenazah ditampung di tiga Rumah Sakit, yaitu Rumah Sakit Ipoh, RS Sabak Bernam dan RS Teluk Intan.
Menteri luar negeri Retno Marsudi meminta kepada Tim Perlindungan WNI Kemenlu dan KBRI di Kuala Lumpur untuk mengambil langkah-langkah khusus dalam rangka percepatan proses identifikasi.
"Upaya ini juga akan didukung oleh Disaster Victim Identification (DVI) Polri, baik di Mabes Polri maupun di sejumlah Polda, khususnya Polda Aceh, Polda Sumatera Utara dan Polda Jawa Timur," kata Menlu Retno kepada wartawan, Minggu (6/9).
Sebagai respon terhadap perkembangan ini, Kemenlu juga mendirikan hotline untuk mereka yang menduga atau meyakini keluarganya berada di kapal tersebut. Hotline Kemenlu di Sabak Bernam dapat dihubungi di 0812-8900-9045.
Bagi mereka yang sudah menghubungi hotline dan telah memberikan informasi dasar akan segera didatangi oleh DVI Polri Polda terdekat untuk pengambilan contoh DNA yang akan sangat dibutuhkan untuk proses identifikasi.
"Sementara itu bagi 20 WNI yang berhasil diselamatkan akan segera diproses pemulangannya ke tanah air," tambah Retno.
Saat ini, selain fokus pada upaya SAR, pihak Malaysia maupun KBRI fokus kepada upaya identifikasi korban. KBRI telah menempatkan staf di tiga RS untuk membantu kekuarga yang datang dari Indonesia melakukan identifikasi.
Pihak Malaysia juga sudah mulai mengambil sampel DNA korban yang ada 3 RS. Namun dikabarkan hingga saat ini baru 10 jenazah yang berhasil diidentifikasi (6 identifikasi oleh keluarga dan 4 karena membawa ID). Sementara puluhan jenazah lainnya masih sulit diidentifikasi.
Berbeda dengan kecelakaan transportasi pada umumnya, terdapat banyak kendala dalam proses identifikasi jenazah dalam kasus ini. Beberapa kendala identifikasi antara lain kapal tidak memiliki manifest dan tidak sedang menjalani jalur reguler. Selain itu, penumpang kapal tidak saling mengenal satu sama lain. Dengan kondisi yang demikian sulit untuk memfokuskan target pengambilan sampel DNA.
[dem]
BERITA TERKAIT: