"Banyak yang luka, ada yang luka parah tapi belum dirawat juga. Yang baru teridentifikasi empat itu," jelas aktivis Urut Sewu Bersatu (USB) Agam Pratama kepada redaksi, Minggu (23/8).
Agam mengatakan salah satu korban yang terluka parah dan dirawat di rumah sakit adalah Koordinator Petani Urut Sewu Bersatu (USB), Widodo Sunu Nugroho yang juga Kepala Desa Wiromartan. Selain Widodo Sunu, tiga orang lainnya dirawat di Puskesmas yaitu Rajab warga Petangkuran, Ratiman warga Wiromartan dan Prayoga Wiromartan.
"Pak Sunu mengalami retak tangan dan kepalanya bocor," jelasnya.
Agam menuturkan, pada Sabtu pagi sekitar 150-an warga mendatangi tentara yang memagar wilayah yang diklaim di muara Sungai Lok Ulo di Pesisir Desa Wiromartan. Mereka memprotes pemagaran tersebut dan menanyakan dasar hukum dan bukti atas klaim tanah tersebut.
"Ya, jadi sejak pukul 9 Sabtu pagi kan warga mulai bergerak ke selatan untuk menahan tentara yang memagar sejak Jumat malam. Berangkat dari Desa Wiromartan. Sampai sana, kita orasi segala macam. Tentara berdatangan, bertambah terus, dengan pentungan lengkap dan tameng lengkap," ungkapnya.
Tanah yang menjadi konflik antara petani dengan TNI terletak di daerah Pesisir Urutsewu, antara muara Kali Lukulo Desa Ayamputih di sebelah barat, sampai dengan muara Sungai Wawar Desa Wiromartan. Secara total, daerah yang disengketakan ini memiliki panjang kurang lebih 22,5 km dan lebar 500 meter dari bibir pantai.
Warga yang terlibat dalam konflik ini berasal dari beberapa desa sepanjang pantai Kebumen Selatan, yaitu, Desa Ayamputih, Setrojenar, Bercong Kecamatan Buluspesantren, Desa Entak, Kenoyojayan Ambal Resmi, Kaibon Petangkuran, Kaibon, Sumberjati Kecamatan Ambal, Desa Mirit Petikusan, Mirit, Tlogodepok, Tlogopragoto, Lembupurwo, dan Wiromartan Kecamatan Mirit.
[ian]
BERITA TERKAIT: