"Kita meyakini penilaian terhadap sejumlah indikator ekonomi Indonesia yang dicurigai berdampak permasalahan resesi ekonomi yang banyak diamati para pengamat ekonomi tidak akan terjadi, meskipun pelemahan mata uang rupiah sudah menembus angka Rp 14.000 per USD dipertengahan bulan Agustus 2015 ini," tegas politisi Partai Demokrat Willem Wandik dalam keterangannya (Minggu, 16/8).
Menurut politikus asal Papua ini ada beberapa fakta dari data pergerakan rupiah di Tahun 1998, sehingga terlihat tiga puncak pelemahan rupiah, diantaranya fase pertama pelemahan rupiah terjadi di tanggal 19 Januari - 25 Januari dengan perubahan rupiah terhadap USD negatif (-) 31,41 persen.
Fase kedua terjadi di tanggal 9 Maret -15 Maret dimana terjadi perubahan nilai tukar Rupiah terhadap USD bernilai negatif (-) 19,76 persen. Serta fase ketiga berlangsung dari 1 Juni 1998 - 23 Agustus 1998 dengan perubahan nilai Rupiah terhadap USD mengalami negatif (-) diatas 30 persen. Sementara pada fase ketiga dari puncak pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika, nilai tukar rupiah terendah terjadi pada tanggal 15 Juni -21 Juni 1998 (-45,01 persen) dan tanggal 6-12 Juli 1998 (-44,87 persen).
Namun yang paling membanggakan, kata Willem saat memasuki masa kepemimpinan Presiden ke-6 yang dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), bangsa Indonesia dapat dibanggakan lantaran telah berhasil meletakkan pondasi perekonomian Indonesia ke arah perbaikan yang sangat progresif.
"Jika masa sebelum krisis 1998 maupun pasca krisis 1998 masa pemerintahan Presiden Megawati laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak begitu fantastis bilamana dilihat pada kontribusi PDB Nasional hanya mencapai (+-) 200 Miliar Rupiah. Tapi masa kepemimpinan SBY adanya nilai pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai masa keemasannya di Tahun 2012 dengan total DPB mencapai 917 Miliar USD,†kata Bendahara Umum DPP GAMKI ini.
Karena itu pula Willem melihat secara bertahap adanya peningkatan dan perbaikan perekonomian nasional yang turut memperkuat fundamental perekonomian Indonesia selama kurun 10 tahun selama dipimpin SBY.
Semua itu, kata dia dapat dilihat tahun 2005 nilai PDB Indonesia sebesar 285 Miliar USD, dan tahun 2006 nilai PDB Indonesia sebesar 364 Miliar USD, selanjutnya tahun 2007 nilai PDB Indonesia sebesar 432 Miliar USD, dan tahun 2008 nilai PDB Indonesia sebesar 510 Miliar USD, Tahun 2009 nilai PDB Indonesia sebesar 539 Miliar USD, di tahun 2010 nilai PDB Indonesia sebesar 755 Miliar USD, di tahun 2011 nilai PDB Indonesia sebesar 892 Miliar USD, di tahun 2012 nilai PDB Indonesia sebesar 917 Miliar USD, di tahun 2013 nilai PDB Indonesia sebesar 910 Miliar USD, begitu juga dimasa akhir masa jabatan SBY tahun 2014 nilai PDB Indonesia sebesar 888 Miliar USD.
"Sepuluh tahun Pak SBY memimpin bangsa rekor pemulihan ekonomi Indonesia secara nyata memperkokoh fundamental perekonomian di Tanah Air," klaim dia.
Tentunya kondisi yang baik ini, kata dia, juga diwariskan kepada pemerintahan Presiden Jokowi saat ini.
"Kita tahu disaat bangsa Indonesia dihantam perekonomian global tahun ini, yang sebelumnya terjadi akhir tahun 2008 dan berlanjutan fluktuatif hingga Oktober 2009 hingga melemahkan nilai tukar rupiah terhadap USD, namun kondisi tersebut bisa diatasi oleh SBY dengan mengembalikan nilai tukar rupiah yang saat itu di angka 12.784 per USD. Dan secara perlahan-lahan kembali menguat nilai tukar rupiah Rp. 8.700 USD periodel April 2011 - September 201," tutupnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: